Akhlaq Mulia
Amal shalih yang paling utama dan diperintahkan oleh Syariat serta didorong untuk selalu dilakukan adalah budi pekerti. Inilah di antara amalan yang paling agung dari pemberian Allah kepada para hamba-Nya.
Allah berfirman tentang Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍۢ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam: 4)
Abu Darda’ berkata, telah bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin kelak pada hari kiamat daripada akhlak yang baik. Sesungguhnya Allah amatlah murka terhadap seorang yang keji lagi mengucapkan ucapan yang jelek.” (HR. At-Tirmizi no. 2002, Abu Daud no. 4799, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 5726)
Budi bekerti mencakup banyak segi dari kehidupan seorang muslim, baik dari segi perkataan, maupun perbuatan, juga di dalam peribadatannya kepada Allah serta interaksinya dengan sesama. Allah berfirman:
وَقُل لِّعِبَادِى يَقُولُوا۟ ٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ كَانَ لِلْإِنسَٰنِ عَدُوًّۭا مُّبِينًۭا
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: ” Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al Isra’: 53)
Dan firman-Nya:
ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌۭ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌۭ
“Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fushshilat: 34)
Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu berkata: Allah memerintahkan bersabar ketika sedang marah, berilmu ketika bodoh, dan memberi maaf ketika sedang mendapat keburukan. Jika mereka telah melakukan itu, maka Allah akan melindungi mereka, dan musuh mereka pun akan tunduk. (Tafsir Ibnu Katsir 4/101)
Ibnul Qayyim berkata: Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengumpulkan antara takwa kepada Allah dan berbudi pekerti. Karena takwa kepada Allah akan memperbaiki apa saja antara seorang hamba dengan Rabbnya, sedang berbudi pekerti yang baik akan memperbaiki apa saja antaranya dan sesama makhluk Allah. Takwa kepada Allah menyebabkan ia mendapatkan cinta Allah, dan akhlak yang baik akan mengundang manusia untuk mencintainya. (Al fawaid 84-85)
Bahkan tidak sempurna keimanan seseorang sebelum ia menepati untuk berbudi pekerti yang baik.
Dari Abu Hurairah, telah bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah ia yang memiliki akhlak terbaik. Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya kepada pasangannya.” (Hadits riwayat Tirmidzi, hadits Hasan Shahih)
Berkata sebagian salaf: Budi pekerti yang baik terbagi menjadi dua bagian:
Pertama dengan Allah, yaitu Engkau mengetahui bahwa apa saja yang berasal darimu sendiri wajib udzur, sedang segala apa yang berasal dari Allah wajib syukur.
Kedua berakhlak yang baik dengan sesama manusia, dan ringkasnya meliputi dua hal: Memberi kebaikan baik dengan perkataan maupun perbuatan, dan mencegah keburukan baik dengan perkataan maupun perbuatan.
Bahkan bagi siapa yang teguh dengan budi bekertinya ini dia akan sampai pada martabat orang yang selalu beramal shalih, seperti dalam haditsnya:
Dari ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
“Sesungguhnya dengan budi bekerti seorang mukmin akan sampai ke derajat orang yang mengerjakan puasa dan shalat malam.”’ (HR. Abu Daud dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib 2643)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki akhlak yang paling agung dari seluruh manusia, maka bagi siapa yang ingin mencontoh budi bekerti, maka contohlah budi pekerti beliau.
Anas ra berkata: Saya melayani Nabi selama sepuluh tahun, dan beliau tidak pernah berkata: ‘Cih’ sekalipun (ucapan merendahkan orang lain). Dan tidak pernah berkata pada sesuatu yang keperbuat, ‘Kepada engkau berbuat ini?’ Dan tidak pernah tanya pada sesuatu yang aku tinggalkan, ‘Kenapa engkau tinggalkan?” (HR. At Tirmidzi, dan asalnya di Ash Shahihain)
Abdullah bin Al Mubarak berkata: Akhlak yang baik adalah berwajah seri, memberi kebaikan, mencegah keburukan, dan menanggung beban orang lain. (Jami’ Ulum wal Hikam: 160)
Orang muslim mau tidak mau harus menghadapi orang lain pada setiap kesempatan di dalam kehidupan ini, jika dia tidak menggunakan dengan budi bekerti, maka dia akan gagal. Kaidah umum yang biasa dipakai dalam hal ini adalah, jangan terburu menuntut kebenaran pada siapapun yang berbuat buruk kepada kita, atau yang mengurangi hak kita. Namun hendaknya kita pergauli mereka dengan baik sangka, dan memberikan maaf. Sebaliknya juga kita hendaknya jangan berkata, dan jangan berbuat sesuatu yang pada nantinya malah membutuhkan permintaan maaf dari orang orang lain.
Wallahu a’lam.