Nikmatnya Pepohonan
Siapapun dari kita secara fitrah senang dengan hobi tanam menanam. Tanah di negri kita yang subur ditambah dengan air yang melimpah membuat begitu mudahnya pepohonan tumbuh besar dengan daun-daunnya yang sejuk dipandang mata dan buah-buahannya yang lezat.
Sungguh sebuah nikmat kita berada di negeri yang kaya dengan sumber daya alam. Jika dibandingkan dengan negara Afrika, Jazirah Arab dan seterusnya maka negeri kita laksana surga bagi mereka. Du tempat-tempat itu, untuk sekedar menanam rumput hias saja harus melakukan irigasi yang super disiplin supaya si rumput mampu bertahan hidup dan berkembang. Dengan teknologi tinggi dan air yang sulit dicari mereka berusaha menyuburkan sebuah rumput! Bayangkan, sebuah rumput yang di negeri kita tidak kita hiraukan saja tumbuh dengan subuh. Subhanallah walhamdulillah wallahu akbar.
Namun demikianlah, sebagaimana kebiasaan manusia bahwa tatkala nikmat melimpah tak terasa bahwa itu sebuah nikmat. Lupa mensyukurinya. Dan ketika nikmat dicabut, baru tersadar bahwa selama ini dia mendapatkan nikmat luar biasa. Penulis ingat saat kecil dimana beras adalah benda yang murah sehingga banyak orang yang sangat menyia-nyiakannya. Harga yang murah, keberadaanya yang melimpah, dan begitu mudah mendapatkannya. Saat itu, orang-orang bahkan merasa gengsi membayar zakat fitrah dengan beras. Dengan alasan uang lebih berharga, mereka membayar zakat fitrah dengan uang. Sebuah pemahaman yang kurang tepat. Namun saat ini, tatkala sawah mulai tergusur oleh perumahan-perumahan, sungai banyak yang mengering karena tumbangnya pepohonan untuk kepentingan yang sedikit kemaslahatan, dan banyaknya gagal panen karena cuaca yang tak menentu dan hama yang bergentayangan, manusia baru menganggap berharga sebuah benda bernama beras.
Kembali ke masalah nikmatnya pepohonan, di antara kenikmatan sekedar melihat pohon adalah melihat pohon yang kita tanam berbuah untuk pertama kali. Saat dari awal kita tanam biji atau bibitnya, kemudian kita pupuk dan kita rawat dengan menyirami setiap hari itu sudah sebuah kenikmatan. Apalagi ketika menginjak dewasa, pohon kita memberikan kenikmatan kepada kita dengan buahnya yang ranum aduhai. Coba kita renungkan, kenapa pohon itu berbuah? Apakah seandainya dia berbuah dia mendapatkan untung? Dan sebaliknya apakah jika dia tidak berbuah dia mendapatkan kerugian? Untuk apa dia berbuah? Apakah untuk dia nikmati? Tidak. Namun, dia berbuah adalah untuk memberikan pelayananan kepada manusia. Ya, kita semua. Karena Allah sudah menunjuk kita semua sebagai khalifah di muka bumi, Allah tundukkan seluruh alam semesta untuk mengabdi, dan melayani kehidupan kita sebagai manusia. Pohon hadirkan oksigen yang dibutuhkan manusia, pohon serap racun-racun karbondioksida yang membahayakan manusia, pohon bentengi manusia dari longsor, banjir, dan bencana alam lainnya. Pohon berikan buah yang segar supaya dikonsumi manusia sehingga memberikan kesehatan pada tubuh. Subhanallah walhamdulillah. Danternyata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan kita suatu doa tatkala kita melihat pohon kita berbuah untuk pertama kali:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي ثَمَرِنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي مَدِيْنَتِنَا وَبَارِكْ لَنَا فِي صَـاعِنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي مُدِّنَا
“ Ya Allah, berilah berkah buah-buahan kami, berilah berkah kota kami, berilah berkah sho’ kami dan berilah berkah mud kami “ (Muslim 2/1000)
(1 sho’ adalah 4 mud yaitu sekitar 3 kilo)
Semoga Allah menjadikan kita para hamba yang pandai mensyukuri nikmatnya.
اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
[Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir pada-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu].” (HR. Abu Daud no. 1522. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih)