Risalah Pemuda Islam
Pemuda adalah aset umat yang tidak bisa diukur kemuliaan dan harga dengan yang lain. Dari pemudalah masa depan akan diketahui sejak dini. Jika pemuda baik, itulah tanda masa depan pasti akan baik juga. Oleh karena itu Islam begitu fokus memperbaiki kualitas pemudanya.
Hidayah Islam yang dirasakan hingga saat itu oleh banyak orang adalah karena jasa-jasa para pemuda. Namun, melihat fenomena pemuda saat ini ternyata jauh dari harapan, dan jauh dari apa yang dicontohnya oleh para pendahulunya dari kalangan shahabat. Pemuda kini kebanyakan kehilangan arah tujuan hidup. Bingung menatap masa depan, bingung menghabiskan masa mudanya. Harapan-harapan pemuda masa kini hanya sekedar keduniaan hina yang tiada bermanfaat, tidak untuk dirinya tidak juga untuk umatnya.
Pemuda zaman ini senang dan sibuk dengan perkara-perkara yang sangat remeh; diputus pacar, motornya yang usang, hp baru, kenalan facebook baru, berseteru dengan orang tua, liburan akhir pekan, dan sebagainya. Terkadang juga tidak sedikit didapati para pemuda yang badannya sudah bongsor, umurnya sudah diatas 15 tahun tapi masih berpikir seakan masih anak-anak. Apa-apa minta diladeni orang tua dari nyuci, bersihkan kamar, masak dan makannya, mengatur waktunya. Kegiatannya juga seperti anak-anak, main game, jalan-jalan, nyanyi-nyanyi, ketawa keras-keras dan menangis hanya karena diejek temannya.
Padahal Allah subhanahu wata’ala menyiapkan pertanyaan khusus bagi usia muda. Allah akan meminta pertanggung jawaban usia muda setiap manusia, bukan usia tuanya. Rasulullah saw bersabda:
Tidak akan bergeser kaki anak adam di hari kiamat hingga dia dimintaipertanggung jawaban tentang lima hal: Umurnya untuk apa dia pergunakan, masa mudanya untuk apa dia habiskan, hartanya darimana ia dapatkan, dan kemana ia belanjakan, serta apa yang telah ia amalkan dari ilmu pengetahuannya (agamanya). (HR. At Turmudzi)
Fakta ini sangat jauh berbeda dengan para pemuda yang telah berjasa besar akan tersebarnya Islam hingga zaman ini dan insya Allah akan berlanjut hingga akhir zaman nanti. Merekalah para pemuda kalangan shahabat Nabi Muhammad saw.
Adalah Zubair bin awam, seorang shahabat yang sangat terkenal. Pahlawan gagah berani, pembela Nabi. Tahukah kita umur beliau tatkala sudah menjadi pejuang dan pahlawan Islam saat itu? Baru berumur 15 tahun! Sebuah umur dari seorang ‘anak’ yang saat ini sedang duduk di kelas 9 SMP.
Kemudian shahabat selanjutnya adalah Thalhah bin Ubaidah, seorang shahabat mulia yang Rasulullah menjulukinya Thalhah Al Khair atau Thalhah yang baik. Ia saat itu baru berumur 16 tahun. Saat ini seumuran anak kelas 10 SMA. Pemuda selanjutnya adalah Sa’ad bin Abi Waqqash. Seorang pahlawan Uhud yang pandai memanah, saat itu baru berumur sekitar 17 tahun. Sebanding dengan umur seorang pemuda yang saat ini sibuk dengan pacar dan motor barunya.
Shahabat mulia selanjutnya adalah Arqam bin Abi Arqam al Makhzumy, beliau adalah seorang penentu tersebarnya dakwah islam. 13 tahun di awal dakwah Rasulullah adalah bertempat di rumahnya. Para shahabat diam-diam belajar Islam di rumah Arqam bersama dengan Rasulullah saw. Seorang pemuda dari suku Bani Makhzum, sebuah suku yang pimpinannya adalah orang yang paling benci dengan dakwah Nabi yaitu Abu Jahal. Dia pasang badan, dan tidak khawatir dengan orang-orang kafir yang jumlahnya saat itu sangat mayoritas, karena jumlah kaum muslimin sangat sedikit dan hanya dari golongan orang-orang lemah. Umur beliau baru sekitar 16 tahun.
Ali bin Abi Thalib adalah seorang pemuda yang mula-mula masuk Islam. Usianya baru 10 tahun! Namun dia sudah tidak merasa sebagai anak kecil lagi. Obsesinya sudah akhirat, dan bukan bermain-main lagi. Dia sangat berjasa terhadap dakwah Nabi. Bagaimana diriwayatkan dalam salah satu kisahnya dia rela mengelabuhi kaum kafirin yang mengepung rumah nabi dengan tidur di atas ranjang Nabi supaya orang kafir menyangka di adalah nabi Muhammad. Pada akhirnya Nabi Muhammad dan Abu Bakar berkesempatan menyelinap keluar rumah malam-malam pergi ke Madinah untuk hijrah dan selamat dari makar pembunuhan orang kafir di rumahnya.
Zaid bin Tsabit, adalah seorang shahabat yang baru berusia 13 tahun. Tatkala dia melihat kaum muslimin bersiap siaga menuju perang Badar, ia kemudian datang ingin bergabung. Dengan tubuhnya yang kurus dan kecil ia dengan semangat menarik pedang yang lebih panjang dari tubuhnya. Ia memohon nabi Muhammad untuk memasukkannya sebagai tentara perang. Namun, nabi tentu menolaknya. Beliau khawatir dia akan kesulitan menyerang musuh dengan usianya yang masih sangat muda dan badannya yang masih kecil tersebut. Kita tahu, bahwa orang-orang arab sangat lihai berperang. Jangan dengan anak kecil, dengan sesama orang dewasa saja mereka sangat kuat. Zaid bin Tsabit kemudian pulang menangis, dan sangat kecewa dengan keputusan Rasulullah saw. Ia pulang menemui ibunya yaitu An Nawar binti Malik ra mengadukan nasibnya. Dengan bijak sang ibu menasehati supaya putranya tersebut berjihad dengan cara yang lain. Ia begitu faham bahwa putranya tersebut memiliki potensi yang lain selain berperang. Sebuah potensi yang tidak banyak dimiliki oleh para shahabat saat itu, yaitu mampu menulis. Orang-orang arab saat itu jarang yang berkemampuan seperti Zaid bin Tsabit. Ditambah lagi Zaid adalah pemuda kecil yang sudah hafal 17 surat Al Quran. Maka diantar keluarga dan kaumnya, Zaid bin Tsabit datang kepada Rasulullah menawarkan diri untuk menjadi sekretaris atau penulis Al Quran. Dan, inilah pemuda kecil yang luar biasa besar jasanya bagi umat Islam: menulis Al Quran! Hingga akhirnya Al Quran tersebar saat ini dan dibaca milyaran kaum muslimin.
Sebenarnya jika diurai, permasalahan pemuda muslimin saat ini adalah karena beberapa sebab. Disamping karena ketidak adanya tauladan dari orang-orang dewasa yang baik, media kafir yang sangat berpengaruh atas perilaku mereka, dan terpuruknya negara-negara Islam adalah karena jauhnya mereka dari pendidikan Islam. Pendidikan Islam sekarang sangat di anak tirikan. Lihatlah sekolah-sekolah dan kampus-kampus favorit, disana pelajaran Islam sangat sedikit sekali. Bahkan nilai agama bukan ukuran keberhasilan seorang murid. Nilai pelajaran umumnyalah yang menentukan seorang anak itu baik atau buruk. Pelajaran Islam sangat jauh dari pribadi para pemuda. Dan benarlah Allah berfirman:
(QS Thaha: 124)
Padahal tujuan pendidikan menurut Islam adalah membangkitkan perasaan terus bersandar kepada Al Quran dan As Sunnah. Itulah tujuan inti pendidikan di dalam Islam. Maka bagaimana mungkin tujuan ini tercapai jikalau pemuda dicekoki dengan pelajaran-pelajaran yang jauh dari Al Quran dan As Sunnah? Mereka disibukkan dengan ilmu-ilmu dunia yang sangat sedikit manfaatnya. (QS. AL Mukminun 115)
(QS Adzariyat 56)
(QS Al Zalzalah: 7-8)
(QS. AL Kahfi: 49)
QS, Al Muddatsir: 38)
Seluruh dalil tadi menunjukkan bahwa kesuksesan seseorang adalah tatkala dia bisa mengabdikan segala perbuatan, dan perkataannya untuk ibadah. Ialah orang yang senantiasa berobsesi dengan kepentingan kebaikan akhiratnya, yaitu masuk surga.
Maka, sebelum disampaikan beberapa kiat sukses menurut Islam maka hendaknya para pemuda terlebih dahulu meluruskan niat. Niat yang lurus ikhlas karena Allah pada segala amalnya. Kemudian hilangkan sifat malas, karena jalan menuju masa depan, bukanlah jalan yang bertabur bunga, tapi jalan penuh onak dan duri dan berbagai halangan lainnya. Masa depan bukan untuk para pemalas, masa depan untuk orang-orang yang tekun dan giat menggapainya.
Ada sepuluh hal bagaimana kita mendapatkan kesuksesan
- Jauhi maksiat segera!
Maksiat akan menutup kebaikan yang datang. Maksiat menjauhkan takdir baik, menjauhkan teman baik, menjauhkan masa depan yang baik. Orang yang bergelimang maksiat dia akan dengan sendirinya tidak senang dengan kebaikan yang datang. Ketika ada kebaikan dia berpaling, ketika ada tausiyah dia menolak menerima. Sedang orang yang jauh dari berbuat maksiat, dia akan dekat dengan kebaikan yang datang dari mana-mana. Artinya, masa depan begitu gemilang.
- Dalami agama!
Bagaimana seorang yang beragama tapi tidak mengenal agamanya. Bagaiamana seorang mengaku muslim, tapi dia tidak mengerti seperti apakah agamanya. Mulailah belajar AL Quran dengan baik beserta tafsir-tafsir yang ringan saja. Kemudian belajar hadits-hadits dengan penjelasannya. Setelah itu baru mulia belajar ilmu Islam yang lain. Jangan lupa juga pelajari sejarah para shahabat, orang yang termulia dari kalangan umat nabi Muhammad ini.
- Jadikan hati senantiasa terkait di masjid
Hati yang senantiasa memikirkan masjid adalah hati yang bersih. Ialah tanda bahwa pemiliknya adalah benar-benar orang yang beriman. Allah berfirman:
(QS. At Taubah: 18)
Bukan maksud disini adalah seseorang yang senantiasa berdiam di masjid dan tidak mempelajari keduniaan. Namun, yang diharapkan adalah seseorang yang memiliki profesi macam-macam namun hatinya Islami seperti dokter yang Islami, insinyur yang islami, guru yang Islami dan seterusnya.
- Jadilah orang yang unggul.
Sepantasnya ketika seseorang telah mencintai Al Quran, maka dia senantiasa unggul di berbagai bidang. Demikianlah Al Quran mengajari supaya kita senantiasa menjadi pelopor dan suritauladan yang baik bagi orang di sekitar kita. Sebagaimana doa di dalam Al Quran
- Jalin hubungan silaturahmi dengan baik
Hubungan yang utama dibina adalah hubungan dengan orang tua. Orang tua adalah aset termulia yang kita miliki. Ridha Allah dan benci Allah tergantung dari mereka. Hormati, sayangi, dan layanilah orang tua sebagai kebutuhan kita akan ridha mereka.
- Pilih sahabat yang terbaik
Sahabat menentukan alur hidup seseorang. Sadar atau tidak kebaikan dan keburukan kita banyak ditentukan oleh orang terdekat kita. Terkadang terlihat ada seseorang yang sikapnya berubah drastis hanya karena sikap orang terdekatnya. Baik menjadi baik atau buruk. Rasulullah bersabda:
Seseorang tergantung dari ajaran sahabat terdekatnya, maka hendaknya salah seorang dari kamu memperhatikan siapa orang yang yang dijadikan teman.
Hati-hatilah kamu semua dengan kesendirian, karena sesungguhnya setan bersama dengan orang yang sendiri dan setan lebih jauh dari orang yang berdua.
- Kenali siapa diri kita
Ketahuilah siapa diri kita. Yang paling tahu tentang kita adalah diri kita sendiri. Kenali dengan baik potensi kita. Kenali dengan baik peluang kebaikan kita kemudian teruskan. Kenali dengan baik potensi keburukan diri kita, kemudian hati-hati dan jauhilah.
- Rajinlah olahraga
Olah raga membuat badan kuat dan berpikir jernih. Olah raga mengubah kegiatan yang tiada manfaat menjadi bermanfaat. Rutinlah berolahraga
- Ajaklah orang lain berbuat kebaikan.
Penunjuk kebaiakan pahalanya seperti orang yang melakukannya
10. Pandai mengatur waktu
Aturlah waktu dengan baik. Jangan sia-siakan karena waktu muda adalah waktu yang sangat mulia dana luar biasanya. Energi muda yang sangat melimpah, daya ingat yang sangat kuat adalah modal seorang pemuda untuk merancang kebaikan-kebaikan bagi nasib masa depannya.