Saudaraku, Sakit Itu Melahirkan Pahala
Kesehatan adalah satu di antara nikmat Allah yang paling besar. Atas karunia nikmat ini hendaknya seorang hamba selalu bersyukur kepada Allah, dan memintanya agar selalu dan berterusan berada pada dirinya.
Dari Anas bin Malik berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Doa antara adzan dan iqamat tidak akan tertolak.” Dia berkata: Apa yang aku baca, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “MIntalah kepada Allah kesehatan di dunia dan (keselamatan) di akhirat.” (HR. Ahmad 119/12224), Abu Dawud 521, At Turmudzi 212)
Kesehatan adalah pemberian Allah kepada hamba-Nya yang paling menyenangkan dan paling utama setelah karunia keimanan terhadap-Nya.
Dari ‘Aun bin Abdulah bin ‘Unbah bin Mas’ud berkata: “Kebaikan yang tak ada padanya keburukan adalah rasa syukur pada kesehatan, serta rasa sabar pada musibah. (Maka) betapa banyak orang yang diberi nikmat sehat tanpa mensyukurinya, dan orang yang ditimpa musibah tanpa bisa bersabar atasnya. (Ibnu Abdil Bar: Al Mujalasah wa jawahiril ilm 313/6)
Namun, tanpa disadari sejatinya dunia adalah tempatnya ujian dan musibah. Allah berfirman:
الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3)سورة العنكبوت.
“Alim lam Mim. Apakah manusia mengira mereka dibiarkan saja berkata,’Kami beriman’ sedang mereka tidak diuji? Dan sungguh telah Kami berikan ujian kepada orang-orang sebelum mereka, hingga Alah benar-benar mengetahui siapakah orang-orang yang membenarkan dan siapa orang-orang yang berdusta.” (QS. Al Ankabut: 1-3)
Selayaknya manusia mengetahui hakikat dunia ini. Mengetahui bahwa ujian dan musibah padanya adalah cobaan dari Allah semata, yang terkadang sebagai bukti kecintaan-Nya kepada hamba. Itulah mengapa manusia yang paling banyak mendapatkan ujian musibah adalah para nabi dan rasul yang mulia.
Satu dari sekian ujian Allah kepada hamba-Nya adalah ujian penyakit. Inilah ujian yang paling berat dibanding ujian yang lain, khususnya jika lama dan susah dicari obatnya. Namun seorang mukmin selalu melihat bahwa di balik ujian ada penghargaan, dibalik kegelapan ada cahaya, dibalik kesempitan ada kelapangan, dibalik kesusahan ada kemudahan, dan dibalik kesakitan ada kesehatan.
Seorang mukmin akan tetap merasa teguh iman tatkala ditimpa rasa sakit. Mereka menyadari benar bahwa dibalik rasa sakit itu ada beberapa hikmah yang terbenam dalam-dalam. Hikmah-hikmah itu adalah sebagai berikut:
- Sakit menjadi alat penghapus dosa
وعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم :مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَة
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Selamanya musibah menimpa orang mukmin laki-laki dan perempuan pada diri, anak dan harta mereka hingga mereka bertemu Allah (meninggal) dan terhapus kesalahan mereka. “(HR. Ahmad 2/287 (7846) dan Bukhari dalam Al Adabul Mufrab (494), at-Turmudzi 2399
- Sakit menjadi sebab terangkatnya derajat disisi Allah
Rasa sakit yang dirasakan seorang muslim menjadi faktor penyebab terhapusnya dosa dan terangkatnya derajat disisi Rabb-Nya. Dengan syarat orang muslim tersebut menghadapi rasa sakitnya dengan perasaan sabar, ridha dan menjauhkan dirinya dari mengumpat pada penyakitnya. Allah berfirman:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (83) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ (84) سورة الأنبياء
Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (QS. Al Anbiya’: 83-84)
- Sakit menjadi faktor kedekatan hamba kepada Rabbnya
Penyakit akan mendorong seorang hamba mendekat kepada Allah, kemudian rahmat dan berkah Allah akan meliputi hamba tersebut. Allah berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157) سورة البقرة
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” (QS. Al Baqarah: 157)
- Sakit sebagai faktor datangnya kebahagiaan
Hadits:
وعَنْ أَبِي مُوسَى الأشْعَرِيِّ ، أًنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قال:إِذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ ، قال الله ، لِمَلاَئِكَتِهِ : قَبَضْتُم وَلَدَ عَبْدِي ؟ فَيَقُولُونَ : نَعَمْ . فَيَقُولُ : قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ ؟ فَيَقُولَونَ : نعَمْ . فَيَقُولُ : مَاذَا قال عَبْدِي ؟ فَيَقُولُونَ : حَمِدَكَ وَاستَرْجَعَ . فَيَقُولُ الله : ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ . وَسَمُّوهُ بَيْتَ الْحَمْدِ.أخرجه أحمد 4/415 الألباني في \” السلسلة الصحيحة \” 3 / 398
Dari Abu Musa Al Asy’ari (berkata): Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika anak dari seorang hamba meninggal, Allah berfirman kepada malaikat: Engkau telah genggam (nyawa) anak hamba-Ku itu?” Mereka berkata: Benar. Dia berfirman: Engkau telah genggam buah kesenangannya itu? Mereka berkata: Betul. Dia berfirman: Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku itu? Mereka menjawab: Dia memuji Engkau dan mengucapkan innalillahi… Maka Allah berfirman: Bangunkan bagi hambaku itu sebuah rumah di surga dan berilah nama Rumah Pujian.” (HR. Ahmad 4/415 Al Albany dalam Silsilah Shahihah 3/398)
- Menjadi pendorong keluarnya kesombongan dan ujub dari hati seorang hamba
Penyakit akan mengeluarkan sifat sombong dan ujub dari hati siapa yang berharap ridha Allah. Ibnul Qayyim berkata: Andai tidak ada musibah-musibah dunia beserta ujian-ujian padanya, pasti seorang hamba akan tertimpa penyakit-penyakit takabur, ujub, dan putus asanya hati, padahal semua ini cepat maupun lambat adalah faktor kehancurannya. Maka di antara bentuk kasih sayang Allah Dzat yang paling Kasih adalah menghilangkannya dengan berbagai macam ‘obat’ berupa musibah-musibah, sebagai penjagaan dirinya dari penyakit-penyakit ini. (Zadul Ma’ad 173/3)
Ya Allah berikanlah kepada kami kesehatan yang bermanfaat di dunia dan akhirat. Dan berikanlah kami kemudahan dalam mensyukuri nikmah-nikmat-Mu.@ Abu Mujahid.