Tak Seperti Yang Disangka
Terkadang saat melihat suatu kejadian, pikiran kita dengan sangat cepat menyimpulkan pesan yang tampak dari kejadian tersebut. Dan terkadang di kemudian waktu ternyata fakta pesan dari kejadian itu beda 180 derajat dari yang ada dalam pikiran kita sebelumnya. Kita menyimpulkan A, ternyata kesimpulannya B yang berkebalikan dari A. Lebih menyesal lagi ketika kesimpulan kita yang salah tersebut telah kita sebarluaskan ke banyak orang. Orang-orang terpengaruh dengan berita dari kita. padahal persangkaan yang salah!
Baiklah, untuk memudahkan dalam memahaminya berikut beberapa kejadian di mana para shahabatpun pernah khilaf menyimpulkan tatkala melihat suatu kejadian.
عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ رَجُلًا عَلَى سَرِيَّةٍ، وَكَانَ يَقْرَأُ لِأَصْحَابِهِ فِي صَلَاتِهِمْ فَيَخْتِمُ بِـ { قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ }، فَلَمَّا رَجَعُوا ذُكِرَ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «سَلُوهُ لأيِّ شيء يَصْنَعُ ذَلِكَ»؟ فَسَأَلُوهُ، فَقَالَ: لِأَنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمَنِ؛ فَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَقْرَأَ بِهَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَخْبِرُوهُ أَنَّ اللَّهَ يُحِبُّهُ» رواه البخاري ومسلم
Dari Aisyah radhiyallahu anha bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus seseorang untuk memimpin pasukan perang. Tatkala dia mengimami shalat bersama pasukan tersebut, dia selalu menutup shalatnya dengan Qulhuwallahu Ahad (Surat Al Ikhlas). Maka ketika mereka sudah kembali, diceritakanlah hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian beliau bersabda: “Tanyakan kepada dia, kenapa dia melakukan itu?” Kemudian mereka menanyainya. Selanjutnya dia berkata: “Sesungguhnya surat Al Ikhlas ini memuat sifat (ciri-ciri) Ar Rahman (Allah), maka saya senang membacanya.” Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Kabarkan kepadanya bahwasanya Allah mencintainya!” (HR. Bukhari dan Muslim)
Apa yang disangkakan oleh pasukan shahabat saat itu? Orang ini telah berbuat salah, seakan dia telah berbuat bid’ah mengada-adakan tuntunan di dalam agama. Persangkaan yang sangat masuk akal, karena bisa jadi perbuatan dia ini baru dilihat para shahabat saat itu. Membaca Al Ikhlas di setiap akhir shalat ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh Rasulullah. Maka mereka kemudian melaporkannya kepada beliau.
Namun apa faktanya? Allah justru mencintainya karena perbuatan dia ini. Perbuatan yang seakan keliru justru benar dan mulia.
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ قُرَّةَ ، عَنْ أَبِيهِ ، أَنَّ ابْنَ مَسْعُودٍ كَانَ يَجْنِي لَهُمْ نَخْلَةً ، فَهَبَّتِ الرِّيحُ فَكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهِ . قَالَ : فَضَحِكُوا مِنْ دِقَّةِ سَاقَيْهِ ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” أَتَضْحَكُونَ مِنْ دِقَّةِ سَاقَيْهِ ؟ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُمَا أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ جَبَلِ أُحُدٍ “
Dari Muawiyah bin Qurrah radhiyallahu anhu dari bapaknya: Suatu saat Ibnu Mas’ud memanjat pohon kurma, kemudian bertiuplah angin dan tersingkaplah betisnya. Dia berkata: Para shahabat kemudian tertawa karena (melihat) betisnya yang kecil. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Kalian menertawakan betisnya yang kecil? Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh kedua betis itu lebih berat di mizan (timbangan amal akhirat) dari pada gunung Uhud.”
Apa yang disangkakan orang-orang saat itu? Betis kecilnya Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu buruk dan pantas ditertawakan.
Apa realitanya? Kedua betisnya lebih berat timbangannya di mata Allah di akhirat nanti dari pada beratnya gunung Uhud. Artinya betis kecilnya itu justru ‘besar’ di mata Allah.
Diceritakan juga oleh para pakar sejarah bahwa Abu Bakar menerima jasa memerah susu kambing untuk orang-orang desa. Saat beliau dibai`at (dilantik) menjadi khalifah, seorang wanita desa berkata : “Sekarang Abu Bakar tak akan mau lagi memerahkan susu kambing kami.” Perkataan itu didengar oleh Abu Bakar hingga dia berkata : “Tidak, aku akan tetap menerima jasa memerah susu kambing untuk kalian. Sungguh aku berharap dengan jabatan yang telah aku sandang sekarang ini sama sekali tidak merubah kebiasaanku di masa silam.” Terbukti, Abu Bakar tetap memerahkan susu kambing-kambing mereka.
Persangkaan manusia saat itu Abu Bakar akan berubah ketika sudah menjadi khalifah.
Kenyataannya beliau tidak berubah meski menjadi penguasa, beliau tetap dekat dengan rakyatnya seperti sebelum menjadi khalifah.
Renungan kecil:
- Jangan pernah hiraukan persangkaan orang lain kepada kita, jangan sibukkan pikiran kita karena perkataan mereka, karena seorang pun dari mereka tidak akan menghisab amal perbuatan kita nanti. Jadikan perhatian kita hanya kepada hati kita sendiri karena hati adalah sumber perhatian Allah subhanahu wata’ala kepada kita.
- Jangan pernah berburuk sangka kepada orang lain. Kalau mau menyangka maka menyangkalah yang baik-baik saja karena justru kita akan berpahala dan hati kita akan tentram. Sungguh kita dihidupkan bukan untuk menjadi pengawas bagi amal orang lain, dan bukan juga sebagai pengadil pada orang lain. Setiap kita nanti mempertanggung jawabkan amalan kita, bukan amalan orang lain.