Lisan Yang Berdzikir, Satu Dari Empat Kebaikan Manusia
Allah mendorong manusia untuk senantiasa berdzikir atau ingat kepada-Nya. Demikian karena di alam ini manusia selalu masuk dalam peperangan yang berkelanjutan dengan musuhnya yang nyata, yaitu Setan. Seorang muslim akan senantiasa menabuh genderang perang kepada setan yang selalu menganggunya dalam menjalankan ketaatan agama dan akidahnya. Maka seorang muslim memiliki senjata penguat yang hendaknya dipersiapkan. Kekuatan iman dan banyaknya dzikir adalah senjata terampuh dalam menjaga akidah dan agama seorang muslim.
Allah berfirman:
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ ٱلشَّيْطَٰنِ نَزْغٌۭ فَٱسْتَعِذْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushilat: 36)
إِنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوْا۟ إِذَا مَسَّهُمْ طَٰٓئِفٌۭ مِّنَ ٱلشَّيْطَٰنِ تَذَكَّرُوا۟ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (QS. Al A’raf: 201)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةًۭ فَٱثْبُتُوا۟ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًۭا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS. Al Anfal: 45)
Oleh karenanya Al Quran mendorong muslim untuk banyak berdzikir kepada Allah. Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكْرًۭا كَثِيرًۭاوَسَبِّحُوهُ بُكْرَةًۭ وَأَصِيلًا
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.”(QS. Al Ahzab: 41-42)
Demikian juga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan dzikir, menerangkan kedudukan dan pengaruhnya dalam kehidupan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al Asyari radhiyallahu anh dia berkata, bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
مَثَلُ الذِّي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالذِّي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan orang yang tidak berdzikir, adalah seumpama orang yang hidup dan mati.” (HR. Bukhari)
Ath-Thabrani dalam “al-Kabir” dan Al-Awsath” meriwayatkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dari Ibnu Abbas radhiyallahu anh:
أَرْبَعٌ مَنْ أُعْطِيَهُنَّ فَقَدْ أُعْطِيَ خَيْرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ قَلْبًا شَاكِرًا , وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَبَدَنًا عَلَى الْبَلَاءِ صَابِرًا , وَزَوْجَةً لَا تَبْغِيهِ حُوبًا فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ
“Ada empat perkara, jika seseorang diberinya, berarti ia telah diberi kebaikan dunia dan akhirat, yaitu: hati yang bersyukur, lisan yang berdzikir, badan yang sabar akan musibah, dan isteri yang tidak durhaka, berbuat dosa dalam dirinya dan harta suaminya“. (HR. Thabrani dengan sanad yang baik)
Rasulullah sebagai orang yang paling mengenal Rabbnya dari seluruh manusia adalah orang yang paling banyak berdzikir menyebut nama-Nya. Beliau berdzikir dalam setiap waktu dan kondisi; saat berbaring, saat berdiri, dan saat duduk. Saat berjalan kaki maupun berkendara. Saat mukim maupun dalam perjalanan. Ketika makan maupun minum. Ketika mau tidur maupun saat bangun. Ketika mau buang hajat dan setelahnya. Ketika masuk rumah dan keluar rumah. Masuk masjid dan keluar masjid, dan seterusnya. Dan semua itu tidak menyibukkannya dari menyampaikan risalah Islam, mengajari umat dan memperhatikan dan mengayomi mereka.
Dzikir yang paling utama adalah kalimat: La ilaha illallahu Muhammad Rasulullah, yang diucapkan dengan penuh ketulusan dari hati. Kapan dzikir terucap tulus dari hati? Yaitu ketika dzikir tersebut bisa mencegah dari tindakan yang haram.
Sedang doa paling utama adalah kalimat Lailaaha illa anta subhaanaka inni kuntu minadh dholimin. Sedang kumpulan dari dzikir adalah Subhaanallah walhamdulillah walaailaaha illallah wallahu akbar.
Perlu diketahui bahwa dzikir tidaklah terbatas pada kalimat tasbih, tahmid, tahlil, takbir, dan seterusnya. Namun semua orang yang berbuat dalam rangka mentaati Allah bagaimanapun macam dan tingkatannya adalah termasuk orang yang berdzikir. Shalawat kepada Nabi Muhammad juga termasuk berdzikir. Imam Nawawi berkata; Sesungguhnya majlis-majlis dzikir ialah majlis-majlis yang membahas halal haram, bagaimana cara jual beli, bagaimana shalat, puasa, dan haji, bagaimana hukum nikah dan bercerai, dan seterusnya. Bagaimana merawat anak-anak dan menyambung silaturahmi, bagaimana memelihara anak yatim dan berbakti pada kedua orang tua. Segala ketaatan kepada Allah sejatinya adalah berdzikir kepada Allah. (Sebagaimana diisyaratkan dalam surat An Nahl ayat 44)
Sedang bacaan dzikir, dan tasbih yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah syariat seperti wiridan-wiridan khusus pada Tariqat-tariqat dan beberapa kelompok Sufi yang diiringi dengan tarian-tarian tidaklah tersebut di dalam nash baik keutamaan maupun pahalanya, bahkan perbuatan itu adalah perbuatan bidah yang sesat.
Allah berfirman:
إِنَّ ٱلْمُسْلِمِينَ وَٱلْمُسْلِمَٰتِ وَٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَٱلْقَٰنِتِينَ وَٱلْقَٰنِتَٰتِ وَٱلصَّٰدِقِينَ وَٱلصَّٰدِقَٰتِ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَٱلصَّٰبِرَٰتِ وَٱلْخَٰشِعِينَ وَٱلْخَٰشِعَٰتِ وَٱلْمُتَصَدِّقِينَ وَٱلْمُتَصَدِّقَٰتِ وَٱلصَّٰٓئِمِينَ وَٱلصَّٰٓئِمَٰتِ وَٱلْحَٰفِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَٱلْحَٰفِظَٰتِ وَٱلذَّٰكِرِينَ ٱللَّهَ كَثِيرًۭا وَٱلذَّٰكِرَٰتِ أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةًۭ وَأَجْرًا عَظِيمًۭا
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Ahzab: 35)
Dzikir tidaklah berubah, baik dari zaman maupun karakteristiknya. Orang yang junub, haidz dan nifas boleh berdzikir namun tidak boleh membaca Al Quran. Dzikir boleh dilakukan dimanapun seseorang berada kecuali di toilet dan tempat kotor seperti pembuangan sampah. Ketika masuk tempat kotor seperti toilet maka tidaklah pantas seseorang berdzikir kepada Allah bahkan juga dilarang ngobrol di dalamnya.
Demikian juga berdzikir bisa dilakukan dalam posisi apapun kecuali ketika seseorang buang hajat yaitu buang air kecil maupun besar, atau ketika sedang berhubungan badan. Sedang berdzikir sebelum atau sesudahnya malah disyariatkan.
Maksud dari berdzikir yang sesungguhnya adalah hadirnya hati dan seseorang faham makna dari kalimat dzikir tersebut. Dia mengerti maksud kenapa dia berdzikir. Maka harus ada kesesuaian antara hati dan lisan seseorang yang berdzikir tersebut.
Jika seseorang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah ketika berdzikir maka perhatikan kedudukan Allah di sisinya melalui firman-Nya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah: 153)
Semoga Allah memudahkan kita untuk senantiasa berdzikir menyebut namanya.
Gunungsempu, 16 Januari 2015