Bersahabat dalam Kebaikan
Pada dasarnya manusia tercipta dengan sifat senang berbaur dengan sesama. Manusia sewajarkan senang memiliki teman demi kepentingan dunia maupun akhiratnya. Maka munculah di sana teman yang baik, yang memberikan dampak positif dan sebaliknya juga ada teman yang buruk yang berdampak sebaliknya. Banyak dalil yang menguatkan bahwa teman benar-benar akan mengubah arah hidup seseorang. Kehidupan seseorang sangat tidak lepas baik dan buruknya dari seseorang bernama teman. Bahkan, pertemanan sejati disebutkan dalam Al Quran akan berlanjut abadi hingga akhirat. Allah berfirman:
ٱلْأَخِلَّآءُ يَوْمَئِذٍۭ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا ٱلْمُتَّقِينَ
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. (QS. Az-Zukhruf: 67)
Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa pertemanan yang tidak berlandaskan ketaqwaan tiada manfaat di akhirat, bahkan pelakunya yang sebelumnya saling berkasih sayang, di akhirat saling bermusuhan. Sementara pertemanan atas dasar ketaqwaan hanya karena Allah semata akan berlanjut hingga akhirat. Dalam beberapa hadits disebutkan manfaat dari sebuah pertemanan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ;
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
Permisalan teman yang baik dan teman yang jelek seperti pembawa minyak wangi dan tukang las. Adapun pembawa minyak wangi, mungkin dia akan memberimu, dan mungkin kamu bisa membeli darinya, dan mungkin kamu akan mendapati darinya bau yang harum. Adapun tukang las, ada kalanya dia akan membakar bajumu, dan mungkin juga kamu akan mendapati darinya bau yang busuk. (HR. Al Bukhari no.5534 dan Muslim no. 6860 dari Abu Musa)
Demikian juga beliau bersabdadalam hadits lain:
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْأَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Seseorang itu menurut agama teman dekat/shahabatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat dengan siapa ia bersahabat. (H.R. Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Shahih, lihat Ash-Shahihah no. 927)
Dalam dua hadits di atas disebutkan tentang pengaruh besar seorang teman. Bahkan tolak ukur mengetahui kepribadian seseorang tak perlu melihat dirinya, namun lihat saja kepada siapa dia berteman. Rasulullah saw juga bersabda:
الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Ruh-ruh itu berkelompok-kelompok yang banyak. Yang cocok di antara mereka akan saling sepakat, dan yang tidak cocok akan saling menjauh.” (Sahih, HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa sejatinya jiwa-jiwa seseorang akan cenderung berkumpul dengan jiwa yang sejenisnya. Jika jiwa itu baik dan sehat maka akan berkumpul dengan sendirinya dengan jiwa yang baik juga. Sebaliknya, jiwa sakit dan tidak baik akan sangat cocok berkumpul dengan jiwa yang tidak baik. Ketika ia berkumpul dengan jiwa yang baik ibarat minyak dicampur dengan air, tak akan ada kecocokan dan persamaan.
Demikianlah banyak dalil yang menunjukkan tentang pengaruh besar seorang teman. Teman akan begitu menentukan nasib seseorang. Maka begitu banyak didapati hampir semua manusia kehidupannya tergantung dari siapa teman dekatnya. Kebaikan dan keburukan seorang teman hampir jadi menjadi tolak ukur gagal dan suksesnya seseorang. Menjadi pilihan seseorang yang menginginkan masa depan yang cerah, yaitu dengan mengangkat teman yang ‘mencerahkannya’ setiap waktu. Dan bisa disimpulkan bahwa tidak ada alasan lagi seseorang memilih teman yang buruk dalam hidupnya.
Diantara manfaat berkawan dengan orang yang shalih (baik)
Begitu banyak manfaat seseorang berkawan dengan orang yang baik, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Teman yang baik akan mendorong untuk berbuat taat dan menjauhi maksiat
Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al Ashr ayat 3. Teman yang baik selalu mengucap dan melakukan tindakan yang baik, senang memberi nasihat. Ketika temannya sedang meninggalkan ketaatan atau melakukan kemaksiatan maka seorang teman yang baik tidak akan canggung untuk mengingatkannya. Berbeda dengan teman yang buruk bisa jadi membiarkannya terjerumus dalam gelimang dosa, atau bahkan malah menyemangatinya untuk menambah dosa baru lagi. Na’udzubillah.
- Teman yang baik senang bersegera dan berlomba dalam berbuat ketaatan
Seseorang akan begitu bersemangat melakukan sesuatu jika ada pesaingnya. Padahal keimanan manusia ada kalanya naik dan ada kalanya turun. Inilah pentingnya memiliki teman yang baik, di mana teman tersebut akan selalu memberikan semangat dalam hal kebaikan tatkala iman turun, dan memberikan semangat jika amal belum maksimal. Orang yang tidak memiliki teman yang baik, akan selalu merasa kelakuannya selalu benar. Ia begitu berbangga dengan amal shalihnya yang sedikit, serta tidak merasa dosa yang kian bertambah.
- Mendapatkan keberkahan majlis shalih
Teman yang shalih ada kalanya tidak bisa memberikan materi, ilmu dan sebagainya yang maksimal. Bukan karena tidak mau berbagi, namun terkadang alasan tingkat pendidikan dan pola pikir yang jauh berbeda antara keduanya. Namun, duduk dan berteman saja dengan teman yang shalih sudah dipastikan akan mendapatkan keberkahan. Meski mungkin seseorang tersebut tidak mendapatkan manfaat secara materi atau ilmu, namun ia sudah mendapatkan pahala dari Allah berupa keberkahan. Jadi, tidak ada ruginya sedikitpun berteman dengan orang shalih. Rasulullah saw bersabda:
لَايَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَ جَلَّ إِلَّاحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
‘Tidaklah suatu kaum duduk berkumpul untuk mengingat Allah Azza wa Jalla, kecuali mereka akan dikelilingi oleh para malaikat, akan diliputi oleh rahmat, akan turun kepada mereka ketenangan, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan para makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim no. 2700)
Akibat berkawan dengan orang yang tidak shalih
Sebagaimana berteman dengan orang shalih ada dampaknya, demikian juga sebaliknya. Dampak berteman dengan orang fasik dan senang bermaksiat di antaranya sebagai berikut:
- Teman yang tidak baik akan memalingkan dari ketaatan menuju kemaksiatan
Cukuplah bukti dari hal ini cerita kematian Abu Thalib, paman nabi Muhammad saw. Abu Thalib yang sedari Rasulullah kecil selalu melindungi, mendidik, dan menjaga beliau pada akhir hayatnya tidak beriman kepada risalah Rasulullah. Bukan karena Abu Thalib tidak percaya kepada Nabi Muhammad keponakannya itu, namun lebih karena pengaruh teman-teman dekatnya yaitu Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah. Mereka berdua terus membisikkan kepada Abu Thalib tatkala akan menemui ajalnya supaya tetap berada dalam agama jahiliyah. Dan akhirnya usaha mereka berhasil. Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim rahimahumallahu ta’ala di dalam kitab shahihnya.
- Rata-rata perkumpulan orang-orang fasik tidak ada dzikir kepada Allah.
Keburukan dari berkumpul dengan orang yang tidak shalih adalah mendapatkan murka dari Allah, karena perkumpulan mereka minim dan nyaris tanpa ada dzikir mengingat Allah.
Rasulullah saw bersabda:
مَاجَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِساً لَمْ يَذْكُرُوااللهَ فِيْهِ وَلَمْ يُصَلُّواعَلَى نَبِيِّهِمْ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِ مْتِرَةٌ, فَإِنْ شَاءَعَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَغَفَرَلَهُمْ
“Tidaklah ada satu kaum yang duduk dalam satu majelis lalu mereka tidak berzikir kepada Allah dan tidak juga bershalawat kepada nabi mereka padanya kecuali majelis itu menjadi penyesalan atas mereka, jika Dia mau maka Dia akan menyiksa mereka dan jika Dia mau maka Dia akan mengampuni mereka.” (HR. At-Tirmizi no. 3380 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 5607)
- Perkumpulan orang fasik pasti selalu mengajak kepada kefasikan
Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata:
وَدَّتِ الزَّانِيَةُ لَوْزَنَى النِّسَاءُ كُلُّهُنَّ
“Wanita pezina sangat ingin kalau semua wanita berbuat zina seluruhnya.”
Teman yang buruk keburukannya bukan hanya untuk diri sendiri, namun pasti akan menularkannya kepada teman. Dengan begitu dia akan nyaman berada dalam kemaksiatan. Oleh karenanya betapa tidak malunya seseorang yang getol mengkampanyekan keburukannya kepada orang lain, supaya orang lain menirunya. Hal ini demi kepentingan pribadinya, dan rasa amannya dalam melakukan kemaksiatan. Na’udzubillahi mindzalik.
Semoga Allah memberikan kemudahan kita dalam memilih teman yang baik, dan selalu membimbing kita menuju kepada keridhaan-Nya. Amin.