Bimbingan KBIH Rindu Ka’bah: (1)Tarwiyah

KBIH Rindu Ka’bah adalah sebuah amal usaha pesantren yang memang nyaris tidak bertujuan profit atau keuntungan semata. KBIH ini hadir untuk membimbing jamaah haji supaya mampu melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah sesuai bimbingan sunnah Rasul. Mulai dari rukun, wajib, dan sunnah-sunnahnya disampaikan kepada jamaah. Bukan hanya di tanah air, namun jamaah disertai pembimbing hingga tanah suci. Ibadah di tanah suci disertai pembimbing hingga sepulang ke tanah air kembali. Kenapa KBIH Rindu Ka’bah memiliki motto Membimbing Jamaah Menggapai Haji Mabrur Sesuai Sunnah Rasul? Apakah yang lain tidak sesuai sunnah Rasul? Maksud dari motto dan komitmen KBIH Rindu Ka’bah adalah memberikan bimbingan jamaah haji dalam melaksanakan haji dan umrah benar-benar sesuai sunnah rasul. Ada beberapa amalan ibadah haji yang benar-benar diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam namun banyak ditinggalkan oleh jamaah haji Indonesia. Ada amalan yang sunnah, wajib dan bahkan rukun yang ditinggalkan. Bayangkan, haji hanya sekali namun tidak dilaksanakan sepenuh hati hanya karena alasan-alasan yang kadang hanya berpijak dari was-was dan suudzan saja. Tentu tidak semua jamaah, namun tidak sedikit juga jamaah yang melaksanakan ibadah haji sesuai sunnah nabi seperti di KBIH Rindu Ka’bah.

Berikut akan kami tuliskan secara bersambung pelaksanaan amalan ibadah haji yang banyak ditinggalkan oleh Jamaah haji Indonesia. Mereka meninggalkan amalan tersebut karena dengan berbagai alasan.
1. Tarwiyah di Mina pada tanggal 8 Dzulhijjah

Tarwiyah adalah bukan program resmi haji Indonesia. Kementerian Agama sebagai ‘panitia’ pelaksana ibadah haji jamaah Indonesia tidak memprogramkan dan bahkan tidak menganjurkan jamaah untuk ikut Tarwiyah. Tidak jarang juga Kementerian Agama melalui para ketua kloter melarang jamaah untuk Tarwiyah dan akan berlepas tangan jika ada jamaah yang memaksakan ikut Tarwiyah. Sampai-sampai jamaah yang akan ikut Tarwiyah diminta tanda tangan (kadang di atas materai) bahwa mereka akan tanggung jawab sendiri jika ada masalah selama pelaksanaan Tarwiyah tersebut. Alasan klasiknya adalah Tarwiyah hanya amalan sunnah dan kekhawatiran jika melaksanakan sunnah nanti tidak bisa melaksanakan yang wajib (maksudnya melaksanakan rukun yaitu Wukuf di Arafah).

Pelaksanaan Tarwiyah adalah: Jamaah setelah memakai pakaian ihram dan melafalkan niat haji di pagi tanggal 8 dzulhijjah mereka kemudian meninggalkan hotelnya menuju Mina. Waktu Tarwiyah adalah sejak waktu dhuha tanggal 8 Dzulhijjah. Jika jamaah diangkut bus pada tanggal 7 Dzulhijjah, maka jamaah tidak perlu memakai pakaian ihram. Memakai pakaian ihramnya adalah ketika sudah masuk waktu dhuha tanggal 8 meski sudah berada di Mina sejak malam sebelumnya. Tarwiyah berakhir pada pagi hari setelah matahari terbit di tanggal 9 Dzulhijjah. Amalan yang dilakukan jamaah haji di waktu Tarwiyah adalah berada di Mina dengan memperbanyak talbiyah, dzikir, doa, dan amal kebaikan lain seperti membaca Al Quran, taklim dan sebagainya. Shalat wajib yang empat rakaat diqasar dan dilaksanakan di waktunya tanpa dijamak. Dhuhur dua rakaat di waktu dhuhur, Ashar dua rakaat di waktu Ashar, Isya dua rakaat di waktu Isya’.

Pelaksanaan Tarwiyah ini harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari Maktab. Maktab adalah semacam lembaga yang bertanggung jawab penuh pada Jamaah haji selama di tanah suci. Maktab membawai beberapa kloter (kelompok terbang). Tarwiyah inilah yang kerap menimbulkan masalah pada jamaah, karena dalam mendapatkan izin dibutuhkan pembimbing yang lancar dalam berkomunikasi bahasa Arab dan negosiasi yang kuat. Alhamdulillah pembimbing KBIH Rindu Ka’bah rata-rata tamatan Timur Tengah sehingga dalam hal ini tiada kendala yang berarti.

Jika sudah mendapatkan izin Maktab, maka jamaah akan mendapatkan fasilitas bis dari hotel ke Mina di tanggal 8 Dzulhijjah, dan dari Mina menuju Arafah di pagi tanggal 9 Dzulhijjah. Fasilitas yang lain adalah jamaah mendapatkan tenda Mina yang sangat layak yang juga akan mereka tempati pada hari-hari tasyrik pada nantinya. Sedang konsumsi selama sehari semalam rata-rata ditanggung oleh jamaah sendiri meski ada juga Maktab yang baik hati yang menanggung seluruh konsumsi jamaah selama pelaksaan tarwiyah ini. Jika jamaah yang menanggung konsumsi biasanya bisa membayar uang kepada Maktab, kemudian Maktab menyediakan makan, atau bias juga jamaah membeli sendiri di warung-warung dekat tenda di Mina. Semua tinggal kesepakatan dengan Maktab.

Sedikit berbagi tips dalam perizinan tarwiyah ini, jangan pernah kasar dan ‘sok pinter’ saat izin. Hormati dan hargai Maktab, Insya Allah akan dimudahkan. Mereka kadang mempersulit karena memang pemerintah Indonesia secara resmi tidak memprogramkan Tarwiyah ini.

Gosip:

Jamaah jika mengikuti Tarwiyah akan kecapekan, tidak bisa sampai ke Arafah di waktu dhuhur karena tidak dijemput bis, bisnya macet di jalan, jamaah akan tidak keurus jika di Mina dan sebagainya.

Fakta:

1. Kondisi jamaah justru lebih fit dari pada yang tidak Tarwiyah

Alasannya: karena yang tidak Tarwiyah mereka juga dijemput bis di tanggal 8 Dzulhijjah namun langsung di antar ke Arafah bukan ke Mina. Permasalahannya di sini, Arafah adalah lautan tenda yang sangat sederhana dan sangat tidak layak dipakai untuk tinggal apalagi bermalam. Tenda pramuka di Indonesia saja masih jauh lebih baik. Tenda Arafah adalah sekedar kain yang dibentangkan, bolong sana bolong sini, tanpa kipas angin apalagi AC,  karpet sangat sederhana, lokasi yang sangat sempit sehingga jamaah tidur desak-desakan, tanah masih berpasir tanpa konblok dan penuh debu. Bayangkan, jamaah tinggal di tempat itu selama dua hari satu malam. Bahkan tidak jarang juga bisa dua hari dua malam jika mereka dijemput bis pada malam tanggal 8 Dzulhijjah bukan di pagi harinya.

Kenapa pemerintah Saudi tidak memperbaiki fasilitas Arafah? Karena memang tempat itu bukan untuk tinggal jamaah, namun Arafah dipersiapkan hanya untuk wukuf tanggal 9 Dzulhijjah dari Dzuhur hingga tenggelam matahari saja, alias setengah hari saja!

Lha terus jamaah haji selain Indonesia bagaimana? Pernyataan langsung dari Muasasah yang saya dengar langsung saat saya mau izin Tarwiyah tahun 2014 adalah bahwa kebanyakan jamaah haji di seluruh dunia itu melaksanakan Tarwiyah, hanya Indonesia saja yang ‘ngeyel’ tidak mau Tarwiyah (mungkin juga ada sebagian kecil negara lain yang tidak ikut Tarwiyah). Muassasah adalah semacam Dirjen Haji Saudi sebagai atasan dari lembaga Maktab. Jika izin ke Maktab menemui kebuntuan, kita hendaknya langsung menuju ke kantor Muasasah. Muasasah ini menurut saya dipenuhi orang-orang pintar dan sangat bijak dalam membuat keputusan. Pernyataan Muasasah yang mengatakan sebagian besar negara lain ikut Tarwiyah dan Indonesia tidak ikut ini ternyata diamini oleh Kemenag di websitenya. Saya juga tidak sengaja menemukannya. Silakan lihat: http://kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=82822

Kenapa kesehatan jamaah haji yang ikut program Tarwiyah lebih fit? Karena mereka di tanggal 8 Dzulhijjah berada di Mina. Tenda dan lingkungan Mina memang didesain sangat layak untuk tinggal. Tenda anti api dan dilengkapi dengan AC sentral maknyess J, padang pasirnya sudah seluruhnya ditutup dengan konblok hingga tidak berdebu, dapur yang memadai dan dilengkapi dengan air panas, kamar mandi dan wc serta tempat wudhu yang sangat banyak, karpet-karpet tebal dan bersih, serta warung-warung makan yang terdapat di beberapa pojok tenda yang memudahkan jamaah jika mau sekedar ngopi atau beli indomie.. Maknyass.. Dan yang pasti tendanya gede-gede sehingga jamaah tidak berdesak-desakkan seperti jamaah yang tidur di Arafah. Dan yang pasti, mereka melaksanakan ibadah sesuai apa yang dilakukan Nabi.

2. Tidak ada kemacetan di jalan dari Mina menuju ke Arafah

Kenapa tidak ada kemacetan? Karena jalan tersebut adalah jalan steril dari jamaah selain haji. Bahkan bisa dikatakan jalan-jalan dari Mina menuju ke Arafah adalah jalan tersepi di musim haji, karena kebanyakan jamaah haji Indonesia tidak melaksanakan Tarwiyah. Mereka sudah berada di Arafah sejak hari sebelumnya. Maka jemputan bis dari Mina menuju Arafah sangat lancar melebihi perjalanandari Mekah ke Arafah bagi yang tidak Tarwiyah.

3. Tak mungkin Jamaah tidak dijemput dari Mina ke Arafah

Tidak mungkin Maktab berani menelantarkan jamaah di Mina dan tidak menjemput menuju Arafah di pagi tanggal 9 Dzulhijjah. Hal ini disebabkan mereka khawatir atasannya yaitu Muasasah atau Wizaratul Hajj (Kementerian Haji Saudi) berkeliling mendapati jamaah masih di Mina. Maktab akan dipinalti oleh pimpinannya jika sampai menelantarkan jamaah. Belum ada di sepanjang sejarah, jamaah haji Indonesia tidak bisa wukuf di Arafah karena sebelumnya mereka melaksanakan Tarwiyah di Mina.

Demikian serba-serbi Tarwiyah ini.

 

Dalam hadits Jabir yang panjang tentang haji Nabi saw yang diriwayatkan oleh Muslim, Jabir berkata, “…, ketika hari Tarwiyah tiba, orang-orang berangkat ke Mina, mereka berihlal dengan haji, Rasulullah saw berkendara (ke Mina), di sana beliau shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya` dan Shubuh, kemudian beliau berdiam sejenak sampai terbit matahari…”

 

Memang banyak ulama mengatakan bahwa tarwiyah adalah amalan sunnah, tapi mosok haji hanya sekali tidak dikerjakan semaksimal mungkin? Ingat, jika kita bertaqwa pasti ada jalan keluar. Sejak KBIH Rindu Ka’bah berdiri di tahun 2005, tarwiyah selalu dijalankan dan Alhamdulillah diberikan kemudahan-kemudahan oleh Allah.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *