Mampukah Manusia Melihat Allah?
Nikmat teragung yang akan dimiliki oleh penduduk surga adalah mampu melihat Allah. Inilah nikmat yang tidak bisa dirasakan oleh selain penduduk surga. Inilah nikmat tertinggi dari segala nikmat yang hanya dirasakan oleh para hamba-hamba-Nya yang iman dan taat ketika hidup di dunia.
Allah berfirman:
وُجُوهٌۭ يَوْمَئِذٍۢ نَّاضِرَةٌإِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌۭ
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat. QS. Al Qiyamah: 22-23)
Ibnu ‘Abbas mengomentari ayat ini,”Dia (benar-benar) akan melihat Rabbnya.” (Zadul Masir 8/422)
Allah juga berfirman dalam surat lain:
لَهُم مَّا يَشَآءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌۭ
Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya. (QS. Qaf: 35)
Ali bin Abi Thalib dan Anas bin Malik radhiyallahu anhuma berkata: Maksud dari ‘Al Mazid (tambahannya)’ dalam ayat itu adalah melihat kepada Allah ‘Azza Wajalla. (Al Masdar Assabiq: 8/21)
Dalam surat Yunus Allah berfirman:
لِّلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ ٱلْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌۭ ۖ
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. (QS. Yunus: 26)
Maksud ‘tambahan’ disini adalah melihat Allah sebagaimana ditafsirkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri.
عَنْ صُهَيْبٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، قَالَ: يَقُوْلُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: تُرِيْدُوْنَ شَيْئًا أَزِيْدُكُمْ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوْهَنَا؟ أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ؟ قَالَ: فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ فَمَا أُعْطُوْا شَيْئاً أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ… وَزَادَ: ثُمَّ تَلاَ هَذِهِ اْلآيَةَ: لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ
Dari Shuhaib radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila ahli surga telah masuk ke surga, Allah berkata: ‘Apakah kalian ingin tambahan sesuatu dari-Ku?’ Kata mereka: ‘Bukankah Engkau telah memutihkan wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari api Neraka?’ Lalu Allah membuka hijab-Nya, maka tidak ada pemberian yang paling mereka cintai melainkan melihat wajah Allah Azza wa Jalla. Kemudian Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat ini: ‘Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (Surga) dan tambahannya.’” [Yunus: 26][3]
Demikian juga ditafsirkan oleh para shahabat radhiyallahu ‘anhum yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir di antaranya yaitu Abu Bakar Ash Sidiq, Hudzaifah, Abu Musa Al Asy’ari, dan Ibnu Abbas.
Allah berfirman:
كَلَّآ إِنَّهُمْ عَن رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍۢ لَّمَحْجُوبُونَ
Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka. (QS. Al Mutaffifin: 15)
Beberapa ulama salaf berhujjah dengan ayat ini tentang mampunya ahli surga melihat Allah. Imam Syafi’i berkata, “Dalam ayat ini ada dalil bahwa orang mukmin di hari kimat itu akan melihat Allah Azza Wa Jalla.”
Seseorang terhalang tidak bisa melihat Allah adalah sebuah bentuk adzab karena kemarahan Allah terhadap mereka. Dan ini adalah adzab terbesar daripada adzab di neraka. Ayat ini juga menjadi dalil bahwa orang mukmin melihat Allah pada hari kiamat di surga. Mereka begitu menikmati dalam melihat Allah ini melebihi saat mereka menikmati seluruh kenikmatan yang ada di surga. (Tafsir Ibnu Sa’di hal. 875)
Rasulullahu Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لاَ تُضَامُّوْنَ فِي رُؤْيَتِهِ، فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ لاَ تُغْلَبُوْا عَلَى صَلاَةٍ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوْبِهَا فَافْعَلُوْا.
“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian, sebagaimana kalian melihat bulan pada malam bulan purnama, kalian tidak terhalang (tidak berdesak-desakan) ketika melihat-Nya. Dan jika kalian sanggup untuk tidak dikalahkan (oleh setan) untuk melakukan shalat sebelum matahari terbit (shalat Subuh) dan sebelum terbenamnya (shalat Ashar), maka lakukanlah.”(HR. Al-Bukhari (no. 554) dan Muslim (no. 633 (211)), dari Sahabat Jarir bin ‘Abdillah radhiyallahu anhu. Lafazh تُضَامُوْنَ bermakna tidak terhalang oleh awan, bisa juga dengan lafazh تُضَامُّوْنَ yang bermakna tidak berdesak-desakan. Lihat Fat-hul Baari (II/33).)
Masih banyak dalil lain yang menunjukkan bahwa orang-orang mukmin di surga nanti akan bisa melihat Allah. Sedangkan orang kafir mereka akan ditutup dan tidak mampu melihat Allah. Inilah penghinaan dan kemarahan Allah atas kekafiran dan kemaksiatan mereka selama di dunia. Sedang seseorang tidak akan mampu melihat Allah ketika mereka masih hidup, baik di dunia nyata maupun dalam mimpi. Allah hanya akan mampu dilihat di surga nanti dan hanya oleh penduduk surga. Semoga kita semua dijadikan Allah sebagai penduduk surga dan diberikan kenikmatan melihat Dia. Amiin.