Panjang Angan
Kebanyakan manusia berpikir ingin hidup senang-senang dahulu, kemudian suatu saat bertaubat dan memperbanyak ibadah. Namun naas maut menjemput saat mereka sedang lalai dan belum banyak bekal amal. Allah membenci kaum yang panjang angannya namun lupa beramal untuk akhiratnya. Kemudian maut menjemput mereka dengan tiba-tiba sedang mereka dalam ketidak siapan. Mereka menyangka umur mereka panjang, sedang maut mengintai setiap malam dan siang. Banyak asa dunia belum tergapai, namun amal akhirat nyaris tak sampai. Allah berfirman:
رُّبَمَا يَوَدُّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَوْ كَانُوا۟ مُسْلِمِينَ ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا۟ وَيَتَمَتَّعُوا۟ وَيُلْهِهِمُ ٱلْأَمَلُ ۖ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
“Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (QS. Al Hijr: 2-3)
Maksud dari panjang angan adalah seseorang tenggelam dengan keduniaannya, dan berkeingin mengejarnya terus sedang bersamaan itu ia berpaling dari akhirat.
Nabi telah memberitahukan bahwa memang kebanyakan manusia panjang angan-angannya hingga menemui ajal mereka.
Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu berkata: Nabi saw membuat garis-garis kemudian bersabda, “Ini adalah angan-angan, dan ini adalah ajal mereka. Dia (manusia) akan tetap seperti ini sampai datang garis yang terdekat (yakni: ajal).” (HR. Bukhari)
Namun yang mengherankan, manusia semakin dekat dengan ajalnya malah semakin panjang cita dan angan-angannya. Usia makin tua, malah semakin bertambah kecintaannya terhadap dunia. Tentu melainkan orang-orang yang diberikan bimbingan dan keselamatan oleh Allah, dan jumlahnya hanyalah sedikit.
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لاَيَزَالُ قَلْبُ الْكَبِيْرِشَابًّافِي اثْنَتَيْنِ: فِي حُبِّ الدُّنْيَا وَطُولِ الْأَمَلِ
“Orang yang sudah tua senantiasa berhati muda pada dua perkara: dalam cinta dunia dan panjangnya angan-angan.” (HR. Al-Bukhari no. 6420)
Panjang angan bukan selamanya menjadi sesuatu yang buruk. Tanpanya seorang manusia tidak akan bersemangat menjalani kehidupan. Namun yang dimaksud disini adalah orang yang berlebihan dalam berangan-angan untuk kesuksesan dunia, kemudian melupakan diri untuk mempersiapkan kesuksesan akhirat.
Dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa sambil memegang pundak Ibnu Umar, Rasulullah Sallalahu Alaihi Wassalam bersabda,
كًنْ فِي الدُّنْيَا كَأنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَاِبرُ سَبِيْلٍ
“Jadilah kamu di dunia ini seperti orang terasing atau orang dalam perjalanan dan persiapkan dirimu untuk menjadi ahli kubur.” (HR. Thabrani dan Baihaqi)
Ibnu Umar juga berkata: Jika engkau masuk waktu pagi, maka janganlah menunggu-nunggu waktu sore, jika engkau masuk sore maka jangan menunggu-nunggu waktu pagi. Ambillah (kesempatan) sehatmu untuk (persiapan) waktu sakitmu, dan ambillah kesempatan hidupmu untuk (bekal) matimu. (HR. Bukhari)
Dalam Sunnan Turmudzi ditambahkan: Dan siapkanlah dirimu untuk menjadi penduduk kubur, karena sungguh engkau wahai hamba Allah, tidak akan tahu siapa namamu besok.”
Ibnu Rajab berkat: Hadits ini adalah dasar yang agung dalam hal perintah singkat dalam berangan. Hendaknya seorang mukmin tidak menjadikan dunia ini sebagai negeri dan tempat tinggal, namun hendaknya posisinya laksana ia akan mengadakan perjalanan, kemudian ia mempersiapkan bekal sebagai seorang pejalan. (Jami’ al Ulum wal hikam)