Tolak Bala Syar’i
Terjadinya mala petaka yang menimpa kaum muslimin pada akhir ini hanya disebabkan oleh banyaknya maksiat dan dosa. Kemungkaran yang merajalela sebenarnya menjadi peringatan buruk dan kehancuran suatu umat. Perlu direnungkan bahwa siksa Allah bukan hanya di akhirat, namun terkadang Allah turunkan di dunia sebagaimana yang telah terjadi pada umat sebelum ini. Allah berfirman yang artinya:
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. Al Ankabut: 40)
Dalam hadits juga disebutkan dari apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunannya, dari riwayat Umar ra bahwasanya Nabi saw bersabda:
يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ
“Wahai sekalian Muhajirin, lima perkara apabila menimpa kalian, dan aku berlindung kepada Allah dari kalian menjumpainya: Tidaklah merebak perbuatan keji zina di suatu kaum sehingga mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan merebak di tengah-tengah mereka wabah penyakit tha’un (semacam kolera) dan kelaparan yang tidak pernah ada ada pada generasi sebelumnya. Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan disiksa dengan paceklik panjang, susahnya penghidupan, dan kezaliman penguasa atas mereka.Tidaklah mereka menahan membayar zakat kecuali hujan dari langit akan ditahan dari mereka. Dan sekiranya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan…” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim dengan sanad shahih. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam ash-Shahihah no. 106)
Rasulullah disini menerangkan bahwa siksa yang menimpa umat di akhir zaman disebabkan karena mereka melakukan perbuatan haram dengan terang-terangan. Dan jika diperhatikan saat ini hal tersebut telah terjadi dengan nyata. Kecurangan dalam bisnis, merajalelanya penyakit mematikan, tingginya harga-harga, tercabutnya keberkahan, sedikitnya hujan, cuaca ekstrim, gempa, gunung meletus, juga fitnah hingga peperangan memenuhi berita media massa. Ini semua sebenarnya adalah bukti nyata bagi siapapun yang mau menggunakan akal pikirannya. Allah berfirman:
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍۢ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍۢ
“Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syuro: 30)
Lalu bagaimana cara agar segala musibah dan siksa Allah ini segera dilenyapkan? Berikut ini beberapa langkah yang diajarkan Al Quran dan As Sunnah dalam menghilangkan malapetaka yang terjadi di sekitar kita:
Pertama: Berlepas dari kemaksiatan dan segera bertaubat kepada Allah.
Allah berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar Ra’d: 11)
Ali ra berkata: “Tidaklah musibah itu turun melainkan karena perbuatan dosa, dan tidaklah musibah terangkat melainkan karena taubat.”
Kedua: Memperbanyak istighfar
Allah berfirman:
“Maka aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)
Al Fudhail bin ‘Iyadh berkata: “Istighfar tanpa berlepas dari dosa adalah taubatnya para pendusta.”
Ketiga: Menjauhi harta yang haram.
Berusaha meninggalkan harta haram, terutama harta dari riba. Pelaku bisnis riba sesungguhnya mengajak berperang Allah dan Rasul-Nya sebagaimana disebutkan dalam surat Al Baqarah ayat 278-279. Namun faktanya, demikian mudah manusia melakukan transaksi ribawy tanpa memperhitungkan keharamannya. Muslim meriwayatkan dalam shahihnya bahwa Nabi bersabda:
Wahai manusia! Sesungguhnya Allah Maha Baik, dan tidak menerima melainkan yang baik saja. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kaum mukmin sebagaimana yang ia perintahkan kepada para Rasul, maka Ia berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلرُّسُلُ كُلُوا۟ مِنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَٱعْمَلُوا۟ صَٰلِحًا ۖ إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌۭ
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mukminun: 51)
Keempat: Menjauhi hal-hal yang syubhat
JIka kita merasa ragu terhadap suatu barang atau suatu transaksi maka tinggalkanlah, apalagi jika hal itu sedikit menyerempet pada keharaman.
Rasulullah bersabda yang artinya:
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Akan datang suatu masa pada manusia di mana seseorang tidak peduli darimana ia mendapatkan harta apakah dari yang halal atau yang haram?” (HR. Bukhari)
Semoga setiap kita segera sadar dan bangkit berusaha menghilangkan musibah yang bertubi-tubi datang di akhir zaman ini dengan mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.