Wajibnya Berkasih Sayang Kepada Semua (2)
Ringkasan ceramah Ust. Firanda di Masjid Manunggal Bantul
Dalil pertama: Sifat Rahmat Kepada Binatang Mendatangkan Ridha Allah
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَّ امْرَأَةً بَغِيًّا رَأَتْ كَلْبًا فِى يَوْمٍ حَارٍّ يُطِيفُ بِبِئْرٍ قَدْ أَدْلَعَ لِسَانَهُ مِنَ الْعَطَشِ فَنَزَعَتْ لَهُ بِمُوقِهَا فَغُفِرَ لَهَا
“Ada seorang wanita pezina melihat seekor anjing di hari yang panasnya begitu terik. Anjing itu mengelilingi sumur tersebut sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Lalu wanita itu melepas sepatunya (lalu menimba air dengannya). Ia pun diampuni karena amalannya tersebut.” (HR. Muslim no. 2245).
Tambahan hadits: dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِى بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنَ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِى كَانَ بَلَغَ مِنِّى. فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلأَ خُفَّهُ مَاءً ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ حَتَّى رَقِىَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِى هَذِهِ الْبَهَائِمِ لأَجْرًا فَقَالَ « فِى كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ »
“Ketika seorang laki-laki sedang berjalan, dia merasakan kehausan yang sangat, lalu dia turun ke sumur dan minum. Ketika dia keluar, ternyata ada seekor anjing sedang menjulurkan lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Dia berkata, ‘Anjing ini kehausan seperti diriku.’ Maka dia mengisi sepatunya dan memegangnya dengan mulutnya, kemudian dia naik dan memberi minum anjing itu. Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah kita bisa meraih pahala dari binatang?” Beliau menjawab, “Setiap memberi minum pada hewan akan mendapatkan ganjaran.” (HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244)
Maksud hadits di atas bahwa Allah mengampuni dosanya adalah kemudian setelah peristiwa itu orang tersebut mendapat hidayah Allah untuk bertaubat dari perbuatan zinanya. Allah muliakan dia karena sifat kasih sayang di dalam hatinya, tanpa berharap balasan meski ucapan terima kasih. Jadi, jangan disalah artikan kalau mau zina cari anjing atau kucing, kemudian dikasih minum terus zina lagi.
Pelajaran: Kepada binatang harus berkasih sayang apalagi dengan sesama manusia. Kasih sayang kepada binatang bisa mendatangkan ridha dan maghfirah Allah apalagi dengan sesama manusia.
Dalil kedua: Kisah Dakwah di Thaif
Nabi baru saja dirundung duka yang sangat dalam yaitu meninggalnya istri tercinta Khadijah radhiyallahu anha dan Abu Thalib paman beliau yang senantiasa melindungi beliau dari siksa orang kafir. Duka mendalam ditambah dengan kekalahan perang Uhud. Dalam perang Uhud beliau mendapat pukulan yang sangat telak yaitu Paman tercinta beliau Hamzah bin Abdul Muthallib, Mus’ab bin Umair, serta 70 orang shahabat radhiyallahu ‘anhum gugur di perang itu. Beliau juga terluka dengan luka parah yang tidak pernah beliau rasakan sebelum dan sesudah perang Uhud itu. Diceritakan gigi beliau rompal, dan pipi beliau tertembus besi.
Setelah peristiwa itu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berdakwah ke Thaif dengan harapan penduduk di sana mau mengikuti ajaran Islam. Namun sesampainya di Thaif justru beliau ditolak oleh penduduknya, dan sepulang dari Thaif di jalan beliau dilempari batu, kotoran, dan disebut sebagai orang gila oleh penduduk dan anak-anak kecil.
Perlu ditambahkan bahwa Thaif terletak di arah selatan dari Kota Mekah, berjarak sekitar 80 km. Wilayah ini merupakan daerah di Jazirah Arab yang paling subur dan paling nyaman cuacanya. Pada masa jahiliah dan awal kedatangan Islam, Thaif selalu menjadi tujuan berkunjung orang-orang Arab, terutama para pembesar dan orang-orang kaya Mekah dan sekitarnya untuk menikmati alamnya. Thaif merupakan wilayah terdekat dari Mekah. Di tempat ini terdapat orang-orang yang menyembah berhala, seperti halnya di Mekah. Dan di Thaif ini pula, akhirnya Rasulullah mengalami penganiayaan yang berat dari penduduknya.
Kepergian Abu Thalib, sang paman, orang yang paling disegani di kalangan Quraisy membuat hati Rasulullah sangat bersedih. Cobaan pun datang bertubi-tubi. Orang-orang Quraisy mulai leluasa mengancam dan menyakiti Rasulullah. Ditemani Zaid bin Haritsah, beliau pergi ke Thaif untuk mendapat bantuan dari penduduk Thaif di mana Rasulullah pernah disusui oleh seorang wanita dari bani Sa’ad bin Bakr.
Thaif merupakan pusat kekuatan dan kepemimpinan di wilayah Hijaz. Thaif juga dikenal dengan daerah yang subur dan penduduknya lebih makmur dari daerah sekitar lainnya. Thaif merupakan tempat idaman bagi penduduk Arab. Akan tetapi, Thaif sebagai daerah yang bersaing ketat dengan Mekah dalam segi keyakinan dan ekonomi. Di situ terdapat patung Latta yang menyaingi Hubal di Ka’bah.
Di samping itu, kepergian Rasulullah ini adalah untuk menyebarkan Islam. Peristiwa Ini terjadi pada tahun kesepuluh kenabian. Di Thaif, Rasulullah menemui para pembesar dari bani Tsaqif. Beliau duduk bersama mereka dan mengajak untuk beriman kepada Allah. Beliau menghadapi penolakan yang keras dari penduduk Thaif. Mereka mencerca dan melempari Rasulullah, menghadang dari berbagai penjuru, kaki Rasulullah berlumur darah, hati beliau tidak henti-henti berdoa mengadu kepada Allah, berlindung di bawah pohon kurma.
Bukhari meriwayatkan dari Urwah, bahwa Aisyah ra. isteri Nabi Muhammad bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam katanya: ‘Adakah hari lain yang engkau rasakan lebih berat dari hari di perang Uhud?’ tanya Aisyah ra. ‘Ya, memang banyak perkara berat yang aku tanggung dari kaummu itu, dan yang paling berat ialah apa yang aku temui di hari Aqabah. Aku meminta perlindungan diriku kepada putera Abdi Yalel bin Abdi Kilai, tetapi malangnya dia tidak merestui permohonanku! ‘Aku pun pergi dari situ, sedang hatiku sangat sedih, dan mukaku muram sekali, aku terus berjalan dan berjalan, dan aku tidak sadar melainkan sesudah aku sampai di Qarnis-Tsa’alib. Aku pun mengangkat kepalaku, tiba-tiba aku terlihat sekumpulan awan yang telah meneduhkanku, aku lihat lagi, maka aku lihat Malaikat Jibril ‘alaihis-salam berada di situ, dia menyeruku: ‘Hai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar apa yang dikatakan kaummu tadi, dan apa yang dijawabnya pula. Sekarang Allah telah mengutus kepadamu bersamaku Malaikat yang bertugas menjaga bukit-bukit ini, maka perintahkanlah dia apa yang engkau kehendaki dan jika engkau ingin dia menghimpitkan kedua-dua bukit Abu Qubais dan Ahmar ini ke atas mereka, niscaya dia akan melakukannya!‘ Dan bersamaan itu pula Malaikat penjaga bukit-bukit itu menyeru namaku, lalu memberi salam kepadaku, katanya: ‘Hai Muhammad!’ Malaikat itu lalu mengatakan kepadaku apa yang dikatakan oleh Malaikat Jibril ‘alaihissalam tadi. ‘Berilah aku perintahmu, jika engkau hendak aku menghimpitkan kedua bukit ini pun niscaya aku akan lakukan!’ ‘Jangan… jangan! Bahkan aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah semata, tidak disekutukanNya dengan apa pun… !’, demikian jawab Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Sedihnya Rasulullah di kala itu dalam sebuah riwayat bukan rasa sakit di badannya tapi karena ejekan mereka:, “Benarkah Allah telah mengangkatmu menjadi pesuruh-Nya?”. Yang lain berkata sambil tertawa, “Tidak dapatkah Allah memilih orang selain kamu untuk menjadi pesuruh-Nya?”.
Pelajaran: Menghancurkan penduduk Thaif saat itu sudah halal, karena diizinkan oleh Allah, namun Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tetap berlapang dada dan mencegah malaikat melakukannya. Demikian rasa rahmat beliau yang sangat tinggi.