Adab Tidur (Selesai)
Ketujuh: Disunnahkan untuk wudhu sebelum tidur saat dalam keadaan junub
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ وَهْوَ جُنُبٌ ، غَسَلَ فَرْجَهُ ، وَتَوَضَّأَ لِلصَّلاَةِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika dalam keadaan junub dan hendak tidur, beliau mencuci kemaluannya lalu berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat.” (HR. Bukhari no. 288 dan Muslim 305).
Namun tentu yang utama adalah mandi terlebih dahulu sebagaimana hadits berikut:
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya dari hadits Abdullah bin Abi Qais dia berkata: Aku bertanya kepada ‘Aisyah tentang keadaan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, kemudian dia menyebutkan hadits ini. Dia berkata:
كَيْفَ كَانَ يَصْنَعُ فِى الْجَنَابَةِ أَكَانَ يَغْتَسِلُ قَبْلَ أَنْ يَنَامَ أَمْ يَنَامُ قَبْلَ أَنْ يَغْتَسِلَ قَالَتْ كُلُّ ذَلِكَ قَدْ كَانَ يَفْعَلُ رُبَّمَا اغْتَسَلَ فَنَامَ وَرُبَّمَا تَوَضَّأَ فَنَامَ. قُلْتُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى جَعَلَ فِى الأَمْرِ سَعَةً.
“Bagaimana yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika junub? Apakah beliau mandi sebelum tidur ataukah tidur sebelum mandi?” ‘Aisyah menjawab, “Semua itu pernah dilakukan oleh beliau. Terkadang beliau mandi, lalu tidur. Kadang pula beliau wudhu, barulah tidur.” ‘Aku (Abdullah bin Abu Qois) berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan segala urusan begitu lapang.” (HR. Muslim no. 307).
Kedelapan: Jika terbangun dari tidur hendaknya membaca beberapa dzikir berikut ini.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari hadits Ubadah bin Ash Shomit radhiyallahu anhu: Bahwasanya Nabi shallallahu alahi wasallam bersabda:
مَنْ تَعَارَّ مِنَ اللَّيْلِ فَقَالَ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ لُهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلَّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ اَلْحَمْدُ لِلهِ وَسُبْحَانَ اللهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ ، ثُمَّ قَالَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي أَوْ دَعَا اسْتُجِيْبَ لَهُ فَإِنْ تَوَضَّأَ ثُمَّ صَلَّى قُبِلَتْ صَلَاتُهُ
Barang siapa yang terbangun dari tidurnya pada malam hari, kemudian dia mengucapkan, ‘La ilaha illallah wahdahu la syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syay-in qadri, alhamdulillah wa subhanallah wa la ilaha illallah wallahu akbar, wa la hawla wa la quwwata illa billah‘ kemudian dia berkata ‘Ya Allah, ampunilah aku’ atau dia memanjatkan doa, maka akan dikabulkan. Kemudian jika dia berwudhu lalu shalat, maka shalatnya akan diterima (oleh Allah).” (Hadits Shahih Al-Bukhari no. 1154)
Hadits ini sangat agung nilainya karena banyaknya manfaat yang akan diperoleh bagi siapa yang membiasakan dirinya setiap kali terbangun dari tidurnya di tengah malam kemudian mengalirkan tauhid pada lisannya dan berdzikir mengingat Allah. Lihat bagaimana pahala agungnya, yaitu shalatnya akan diterima dan doanya akan dikabulkan oleh Allah. Bayangkan, betapa banyak kesulitan diberikan jalan keluar, betapa banyak hutang terbayarkan, betapa banyak kerusakan berubah jadi kebaikan karena terkabulnya doa. Selayaknya bagi setiap muslim yang telah membaca hadits ini kemudian mengamalkan atau mempraktekkannya langsung karena begitu dahsyat pahala dan manfaatnya.
Kesembilan: Makruh tidur tengkurap
Diriwayatkan oleh At Turmudzi dalam Sunannya dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
رَأَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ رَجُلًا مُضْطَجِعًا عَلَى بَطْنِهِ فَقَالَ إِنَّ هَذِهِ ضَجْعَةٌ لَا يُحِبُّهَا اللهُ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seseorang yang sedang tidur dengan posisi tengkurap, beliau kemudian bersabda, ‘Posisi tidur tengkurap ini tidak disukai Allah.’ (HR. At Tirmidzi no. 2768 dan Al Albani mengatakan dalam Shahih sunan At Tirmidzi: Hasan Shahih 2/359 no. 2221)
Kesepuluh: Bersegera tidur
لِمَا فِي الصَّحِيْحَيْنِ عَنْ أَبِي بَرْزَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيْثَ بَعْدَها ” رواه البخاري (568) ، ومسلم (647)
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Barzah Al Aslami radhiyallahu ‘anhu “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membenci tidur sebelum isya’ dan ngobrol (bergadang) setelahnya.” (HR. Bukhari no 568 dan Muslim no. 647)
Hikmahnya tentu dengan tidur sebelum Isya seseorang dikhawatirkan akan terlewat waktu shalat Isya’nya atau minimal keluar dari waktu afdhalnya. Sedang bergadang setelah Isya’ bisa jadi menjadikan seseorang akan terlambat bangun untuk melaksanakan shalat Subuh, atau terlewat dari waktu utama shalat malam. Bahkan Umar bin Khattab memukul radhiyallahu anhu orang-orang yang melakukan hal itu dan berkata,”Kamu bergadang di awal malam kemudian (malah) tidur di akhirnya?! (Fathul Bari 2/73)
Namun larangan berbicara stelah Isya’ ini hanya berlalu pada pembicaraan yang tiada maslahat dan manfaat. Jika pembicaraannya adalah seperti pengajian, menuntut ilmu, mengajarkan kebaikan dan hal-hal manfaat lainnya tentu tidak ada larangan.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin washallallahu wasallama ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala Alihi washobihi ajma’in.
Selesai
Diterjemah dari kitab Durus Yaumiyah Jilid 6
Gunungsempu 10 Maret 2015 Jelang Tidur Malam …