Bimbingan KBIH Rindu Ka’bah: (3) Mabit di Muzdalifah
Selepas jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah hingga terbenamnya matahari di tanggal 9 Dzulhijjah, mereka berduyun-duyun beranjak meninggalkan Arafah menuju sebuah tempat bernama Muzdalifah. Tidak sedikit jamaah haji yang berjalan kaki, dan tidak sedikit juga yang berkendara umum maupun pribadi. Jamaah haji Indonesia menempuh perjalanan ini tentu dengan bis. Yaitu bis yang sudah disediakan oleh pihak Maktab. Sesuai urutan rombongan, jamaah sebelum dijemput bis masuk sebuah kotak berpagar besi dan naik bis dengan tertib. Berbeda dalam hal penjemputan di tanggal 8, pada kondisi ini jamaah dijejal memenuhi bis. Rata-rata kaum laki-laki berdiri di dalam bis. Pemerintah Saudi melakukan ini supaya tidak terlalu banyak bis yang berada di komplek Muzdalifah hingga menyebabkan macet di jalanan. Sistem jemput antar ini disebut system taraddudi. Yaitu suatu bis menjemput jamaah, kemudian setelah selesai mengantar, kembali lagi menjemput jamaah yang lain. Jadi satu maktab hanya ada sedikit bis saja. Waktu penjemputan dari Arafah ke Muzdifah ini sebenarnya dilakukan benar-benar ketika jamaah selesai melaksanakan Wukuf, yaitu setelah tenggelamnya matahari. Namun sebagaimana disampaikan sebelumnya, tidak sedikit pihak bis yang nakal menjemput jamaah sebelum tenggelamnya matahari. Sebenarnya, hal ini perlu dibantah dan tidak perlu diikuti, mengingat sunnah Nabi dalam hal wukuf yang memang harus sampai tenggelamnya matahari.
Antrian menunggu jemputan
Karena jamaah haji jumlahnya sangat banyak, maka penjemputan ini memakan waktu yang sedikit lama bisa hingga jam 10 malam baru selesai. Penjemputan seperti ini sedikitpun tidak mengganggu keabsahan ibadah haji. Tidak perlu khawatir jika jamaah dijemput diurutan terakhir sekalipun, karena yang dituntut dalam hal ini adalah hanya sekedar mabit (bermalam) di Muzdalifah hingga fajar tiba atau waktu subuh. Tidak masalah jika dalam mabit ini dimulai dari tengah malam, atau menjelang pagi sekalipun. Dengan bertakbir dan bertalbiyah jamaah haji diangkut seluruhnya dari Arafah menuju Muzdalifah yang berjarak 6-10 km saja. Muzdalifah adalah lokasi yang satu komplek dengan Mina dan Arafah, yang maknanya tidak ada kendaraan atau person lain selain para petugas dan jamaah haji. Wilayah ini steril dari segala aktifitas selain haji.
Pelaksanaan Mabit
Sesampainya di Muzdalifah, jamaah haji KBIH Rindu Ka’bah akan memilih tempat yang paling layak dipakai untuk bermalam. Muzdalifah adalah sebuah padang terbentang beralaskan pasir,tanah, kerikil dan beratapkan langit. Namun terkadang beberapa jamaah mendapatkan tenda khususnya di wilayah Muzdalifah yang ‘tertabrak’ perluasan wilayah Mina, yaitu biasa dikenal dengan The New Mina, Mina Jadid atau Mina Baru. Wilayah Muzdalifah ini adalah yang ditempati jamaah ketika mereka mabit di Mina. Artinya, Minanya jamaah jumga Muzdalifahnya. Namun sayangnya wilayah ini adalah wilayah yang terjauh dari lokasi pelemparan Jamarat. Namun, kebanyakan wilayah Muzdalifah tidak bertenda dan tidak beralas. Pemerintah Saudi hanya membuat patok-patok bernomor sesuai nomor Maktab. Jamaah akan diturunkan di tempat tersebut. Setelah mendapatkan lokasi, jamaah haji akan mencari tempat yang diperkirakan nyaman dan syukur-syukur tidak terlalu jauh dari WC/Toilet. Pembimbing KBIH Rindu Ka’bah akan membuat tanda ditempat itu dengan menancapkan bendera atau tanda lain supaya jamaah tidak tersesat ketika pulang dari toilet. Bisa dibayangkan, ditempat ini tidak ada fasilitas lampu, makanan, apalagi listrik untuk sekedar mencharger hp. Jamaah sudah dikondisikan sejak di Arafah untuk makan terlebih dahulu dan mencharger HPnya ‘penuh-penuh’. Jika sudah mendapatkan tempat, jamaah mulai membersihkan dari kerikil-kerikil kemudian bersama-sama melaksanakan shalat Magrib dan Isya di jamak takhir dan diqasar. Inilah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah, dimana beliau tidak melaksanakan shalat di Arafah meski sudah masuk waktunya, namun melaksanakan shalat sesampainya di Muzdalifah. Setelah melaksanakan shalat, jamaah mencari kerikil sebanyak minimal 70 kerikil yang akan digunakan besok paginya untuk melempar di Jamarat.
Istirahat beratapkan langit
Selesai mencari kerikil jamaah tidur, istirahat menghilangkan keletihan wukuf di Arafah. Inilah malam yang sangat membekas di setiap hati jamaah haji. Jamaah haji yang berbeda latar belakang, semua sama rata posisinya yaitu tidur di tanah! Tidak sedikit diantara mereka yang berlatar belakang pejabat, pengusaha sukses, dan orang-orang kaya di Muzdalifah tetap sama tempat tidurnya dengan orang miskin yaitu tanah dan beratapkan langit! Subhanallah.
Pada jam 2 pagi maktab sering kali sudah membangunkan jamaah untuk diberangkatkan ke Mina. Padahal sesuai tuntunan Nabi SAW mabit di Muzdalifah hendaknya sampai selesai Subuh kecuali bagi orang sakit dan orang tua yang sudah berat melaksanakan ibadah ini. Inilah, tuntutan KBIH Rindu Ka’bah melobi kepada pihak Maktab untuk bisa diperkenankan mabit hingga pagi hari dengan tetap ada jemputan bis di pagi hari tersebut. Pengalaman, dalam hal ini beberapa jamaah tetap patuh dengan Maktab mau dijemput di jam 2 tersebut. Namun KBIH Rindu Ka’bah berbeda, kita usahakan tetap sampai Subuh setelah selesai shalat.
Menjelang Subuh
Menjelang Subuh jamaah dibangunkan, dan seperti telah diduga, KBIH Rindu Ka’bah seringnya sendirian di tempat ini dimana jamaah haji yang lain sudah dijemput bis jauh waktu sebelum Subuh. Setelah berwudhu dan melaksanakan shalat tahajud dan shalat Subuh jamaah haji KBIH Rindu Ka’bah membersikan sampah-sampah yang berserakan dan bersiap menuju ke bawah patok bernomor Maktab, menunggu jemputan bis. Assalamualaikum, pak Maktab.. Jamaah siap dijemput!”pembimbing menelpon Maktab. Beberapa saat kemudian bis datang menjemput meski terkadang ternyata bis dari Maktab lain. No problem. Meski ketiika menelpon dijawab dengan nada ketus karena tidak mau dijemput jam dua pagi. Mafii musykilah. Meski kadang membuat resah jamaah karena bisnya telat datang hingga jam 6. Bismillah (lho..:) ). Perlu dijadikan pedoman untuk semua KBIH, bahwa tidak mungkin Maktab tidak menjemput jamaah karena mereka diawasi ketat oleh Muasasah atau lembaga di atas mereka. Muasasah ini senantiasa memantau atau investigasi lapangan. Maka, belum ada sejarahnya jamaah KBIH Rindu Ka’bah terlantar di Muzdalifah karena tidak ada jemputan bis. Siapa yang bertakwa, ada jalan keluar. Pasti! Itu kaidahnya.
Dengan tertib jamaah haji masuk bis dan diantarkan menuju ke Mina yang berjarak kurang dari 6 km. di perjalanan jamaah haji yang berjalan kaki sudah menyemut di tepi-tepi jalanan yang sudah dibatasi pagar besi supaya tidak melebar memenuhi jalanan yang dipakai bis-bis besar. Sungguh, sistem yang sangat rapi yang dipersiapkan oleh Pemerintah Saudi. Jazahullahu khaira. Sesampainya di Mina jamaah haji akan makan, mandi dan istirahat sebentar untuk kemudian melanjutkan ibadah selanjutnya yaitu lempar jamarat.
(bersambung)