Latah Ucapan ‘Kadang Aku Merasa Bersedih’
Penyakit yang mudah menular di era ini adalah penyakit tasyabbuh. Tasyabbuh bisa dimaknai meniru, mencontoh, menyerupai, menjalin, mengikuti atau latah. Tasyabuh di dalam agama kita sangat dilarang sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma bahwa Rasululullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk dari kaum tersebut.”(HR. Abu Dawud, no. 4031 dengan sanad yang hasan)
Al Munawi dan Al ‘Alqamy berkata: Artinya berpakaian luarnya seperti pakaian mereka, berjalannya dengan langkah dan tuntunan mereka baik dalam masalah pakaian maupun perbuatan lainnya.
Al Qari’ berkata: Siapa yang menyerupakan dirinya dengan orang kafir misalnya dalam masalah pakaian dan selainnya, atau orang fasik, orang yang senang berbuat dosa, ahli tasawuf maka dia termasuk golongan mereka dalam dosa dan kebaikan. Al Alqami berkata: Siapa yang menyerupai orang-orang shalih maka dia akan dimuliakan sebagaimana mereka dimuliakan, dan siapa yang menyerupai orang fasik maka dia tidak akan dimuliakan. Dan siapa yang diletakkan atasnya tanda kemuliaan maka dia akan mulia meski belum mencapai kemuliaannya.
Diantara bahaya tasyabuh kepada orang kafir dan ahli maksiat adalah melahirkan kecenderungan hati kepada mereka, rasa kagum, cinta, loyalitas dan menjadi pengikut mereka. Tasyabbuh sejatinya menjerumuskan seseorang pada kehinaan meski dia sejatinya orang mulia. Perkataan meniru orang fasik misalnya, jika diucapkan oleh orang mulia maka dia terkesan orang yang hina setara dengan orang fasik tersebut.
Oleh karenanya Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata:
لَا يُشَبِّهُ الزَيُّ الزَيَّ حَتَى تُشَبِّهُ الْقُلُوْبُ الْقُلُوْبَ
Janganlah bertasyabbuh pakaian dengan pakaian sehingga akan tasyabuh juga hati dengan hati. (HR. Ibnu Abi Syaibah di Musnafnya 34548)
Perlu ditekankan kembali bahwa tasyabbuh itu bukan hanya meniru orang kafir, namun meniru orang muslim yang dhahirnya adalah orang yang tidak baik dan bahkan cenderung berbuat kemaksiatan juga termasuk tasyabbuh yang dilarang. Seperti latah meniru perkataan-perkataan yang sedang ramai di dumay yang dibuat oleh seseorang yang tidak jelas agama dan akhlaknya adalah tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim yang baik. Alangkah bijaknya seorang muslim meniru perkataan orang-orang shalih yang jelas akan mendapatkan keshalihannya daripada meniru mengucapkan kata-kata orang fasik dan tidak jelas pribadinya. Perkaranya bukan hanya masalah perkataan, tapi kecenderungan hati dan mengidolakan. Semoga Allah memelihara kita semua dari perkataan dan perbuatan yang buruk. Rohmanto, Gunungsempu, 8.40 05 Maret 2015