Pintu Surga Itu Bernama: Bakti Kepada Orang Tua
Berbakti kepada orang tua adalah di antara kewajiban teragung seorang manusia. Oleh karenanya Allah menghubungkannya dengan kewajiban beribadah kepada-Nya semata. Allah berfirman:
وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًۭٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًۭا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa…” (QS. An-Nisa’: 36)
Allah juga berfirman:
۞ وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّۢ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًۭا كَرِيمًۭا وَٱخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًۭا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al Isra’: 23-24)
Jihad Terbaik Adalah Berbakti kepada Orang Tua
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قَالَ: سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم: أَيُّ اْلعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ ؟ قَالَ: الصًّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: بِرُّ اْلوَالِدَيْنِ قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: اْلجِهَادُ فىِ سَبِيْلِ اللهِ
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, ‘Apakah amal yang paling dicintai oleh Allah?’ Beliau bersabda, ‘Shalat pada waktunya’ Saya bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau bersabda, ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Saya bertanya, ‘Kemudian apa lagi’? Beliau bersabda, ‘Jihad di jalan Allah.”‘ (H.R. al-Bukhoriy: 527, 2782, 5970, 7534, Muslim: 85)
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam shahihnya dari Abdullah bin Amru radhiyallahu anhuma berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلىَ نَبِيِّ اللهِ صلى الله عليه و سلم فَاسْتَأْذَنَهُ فىِ اْلجِهَادِ فَقَالَ: أَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟ قَالَ: نَعَمْ قَالَ: فَفِيْهِمَا فَجَاهِدْ
Pernah datang seseorang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta izin kepada beliau untuk pergi berjihad. Beliau bersabda, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?”. Orang itu menjawab, “Ya”. Maka beliau bersabda, “Maka kepada keduanyalah, engkau berjihad”.
Jumhur ulama mengatakan diharamkan berjihad jika kedua orang tua atau salah satunya mencegahnya (untuk berangkat jihad), jika keduanya seorang muslim. Karena berbakti kepada keduanya adalah fardhu ‘ain sedang jihad adalah fardhu kifayah. Sedang jika jihad berubah menjadi fardhu ain maka tidak perlu izin (dari keduanya).” (Fathul Bari 6/140-141)
Orang tua adalah pintu surga
الوالِدُ أوسطُ أبوابِ الجنَّةِ، فإنَّ شئتَ فأضِع ذلك البابَ أو احفَظْه
“Orang tua itu adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kalian mau, sia-siakanlah!. Atau jagalah orang tuamu itu” (HR. Tirmidzi, dia mengatakan, hadits ini shahih)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengabarkan tentang kerugian pada siapa yang menjumpai kedua orang tuanya di usia yang senja namun mereka berdua tidak bisa menjadikannya masuk ke dalam surga. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
Celakalah seseorang, kemudian celakalah seseorang, kemudian celakalah seseorang. Beliau ditanya: Siapa itu, wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Siapa yang mendapati kedua orang tuanya di masa tua, baik salah satunya atau keduanya namun diatidak masuk surga. (HR. Muslim no. 2551)
Para Nabi sangat berbakti kepada orang tua
Allah menyebutkan sifat para nabi-Nya bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat berbakti kepada kedua orang tuanya. Allah berfirman tentang Nabi Yahya alaihissalam:
وَبَرًّۢا بِوَٰلِدَيْهِ وَلَمْ يَكُن جَبَّارًا عَصِيًّۭا
“…dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.” (QS. Maryam: 32)
Allah juga berfirman tentang Nabi Isa alaihissalam:
وَبَرًّۢا بِوَٰلِدَتِى وَلَمْ يَجْعَلْنِى جَبَّارًۭا شَقِيًّۭا
“…dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32)
Ibu, orang tua yang paling utama dihormati
Ibu adalah yang paling besar haknya dalam mendapatkan bakti seseorang setelah hak Allah dan Rasul-Nya langsung. Allah berfirman:
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍۢ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Lukman: 14)
Dalam shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إلَى النَّبِيِّ صل الله عليه وسلم فَقالَ مَنْ أَحَقٌّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمَّكَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أمّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمّ اُبُوْكَ
“Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam kemudian bertanya,”Siapakah manusia yang paling berhak untuk di hormati?” Beliau bersabda,”Ibumu”, Kemudian siapa?Beliau bersabda,”Ibumu”. Kemudian siapa?, “Ibumu”, Kemudian siapa?Beliau menjawab, “Bapakmu”. (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Surga di bawah telapak kaki ibu
Dari Thalhah bin Mu’awiyah as-Salamiy berkata, bahwa Jahimah pernah datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam lalu berkata, “Wahai Rosulullah, aku ingin berperang dan aku datang untuk meminta petunjuk kepadamu”. Beliau bersabda, “Apakah engkau mempunyai ibu?”. Ia menjawab, “Ya”. Beliau bersabda,
فَالْزَمْهَا فَإِنَّ اْلجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
“Tetapilah ia (Jangan engkau meninggalkannya), karena surga itu ada dibawah kedua kakinya”. [HR an-Nasa’iy: VI/ 11, al-Hakim, Ahmad: III/ 429 dan Ibnu Abi Syaibah. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih]
Tetap berbakti meski orang tua kafir
Allah mewasiatkan untuk bersikap baik kepada kedua orang tua meskipun mereka orang kafir. Allah berfirman:
وَإِن جَٰهَدَاكَ عَلَىٰٓ أَن تُشْرِكَ بِى مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌۭ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِى ٱلدُّنْيَا مَعْرُوفًۭا ۖ وَٱتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَىَّ ۚ
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. (QS. Lukman: 15)
Anak tidak akan mampu membalas kebaikan orang tua
Meskipun anak telah berbuat baik, namun kebaikannya tak akan mampu membalas kebaikan orang tua kepadanya.
Beliau bersabda,
لاَ يَجْزِى وَلَدٌ وَالِدَهُ إِلاَّ أَنْ يَجِدَهُ مَمْلُوْكًا فَيَشْتَرِيَهُ فَيُعْتِقَهُ
“Seorang anak tidak dapat membalas budi kedua orang tuanya kecuali jika dia menemukannya dalam keadaan diperbudak, lalu dia membelinya kemudian membebaskannya.” (Dikeluarkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 10, shahih) Lihat Al Irwa’ (1737): [Muslim: 20, kitab Al ‘Itqu, hal 25-26
Keridhaan Allah tergantung dari keridhaan orang tua
Dari hadits Abdullah bin Amru radhiyallahu anhuma bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ وَ سَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.” (HR. Turmudzi no. 1899 dan dishahihkan oleh Al Albani dalam silsilah Shahinya 2/44 no. 516)
Durhaka kepada orang tua adalah dosa besar
Dari hadits Abu Bakrah radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ؟ ثَلاَثًا، قَالُوْا : بَلىَ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : ( الإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ )
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian mau kuberitahu mengenai dosa yang paling besar?” Para sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.”Beliau lalu bersabda, “(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” (HR. Bukhari no. 2654 dan Muslim no. 87)
Cara berbakti
Berbakti kepada kedua orang tua adalah dengan berbuat baik kepada keduanya baik melalui kata-kata, perbuatan, maupun harta. Berbuat baik dengan kata-kata adalah berbicara dengan mereka secara lembut dan halus penuh keakraban dan penghormatan. Sedang berbuat baik dengan perbuatan adalah khidmat atau membantu mereka dengan fisik sesuai kemampuan untuk menyelesaikan segala kebutuhan mereka, serta menolong urusan mereka, memudahkan perkara mereka, dan mentaati mereka pada hal yang tidak membahayakan agama dan dunia. Sedang berbuat baik dengan harta adalah memberikan harta kepada mereka demi memenuhi segala kebutuhan mereka. Pemberian di sini berupa pemberian yang baik menurut diri kita dan pemberian yang menenangkan dada kita serta dilihat bisa diterima dan bermanfaat bagi mereka. (Intisari Khutbah Syaikh Utsaimin 5/296-297)
Berbakti sepeninggal orang tua
- Mendoakan
Diantara cara anak berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal adalah dengan mendoakan mereka berdua. Allah ta’ala berfirman tentang Nabi Nuh:
رَّبِّ ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ
Ya Rabbku! Ampunilah aku, dan ibu bapakku (QS. Nuh: 25)
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
“Jika seorang manusia meninggal dunia maka terputuslah amalnya melainkan tiga hal; sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim no. 1631)
- Sadaqah diniatkan untuk mereka
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّىَ افْتُلِتَتْ نَفْسَهَا وَلَمْ تُوصِ وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ أَفَلَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ « نَعَمْ»
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Ibuku tiba-tiba saja meninggal dunia dan tidak sempat menyampaikan wasiat padaku. Seandainya dia ingin menyampaikan wasiat, pasti dia akan mewasiatkan agar bersedekah untuknya. Apakah Ibuku akan mendapat pahala jika aku bersedekah untuknya? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya” (HR. Bukhari no. 1388 dan Muslim no. 1004)
- Menyambung hubungan baik dengan teman-teman
إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيْهِ
”Kebaikan yang terbaik adalah jika seseorang menyambung orang yang disenangi bapaknya.”(HR. Muslim: 2552)
Dalam hadits yang lain dari Abu Burdah radhiyallahu’anhu, beliau mengatakan: “Aku datang ke kota Madinah lalu datanglah kepadaku Abdullah Ibnu ‘Umar seraya berkata: ”Taukah kamu kenapa aku datang kepadamu?”, maka aku menjawab: “Aku tidak tahu.” Maka beliau Ibnu ‘Umar mengatakan: “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu’alahi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَصِلَ أَبَاهُ فِيْ قَبْرِهِ فَلْيَصِلْ إِخْوَانَ أَبِيْهِ بَعْدَهُ
”Barangsiapa ingin menyambung orang tuanya setelah meninggalnya, hendaklah ia menyambung teman-teman (saudara) orang tuanya setelahnya dan sesungguhnya antara ayahku (Umar) dan ayahmu memiliki tali persahabatan dan saling mencintai, maka aku ingin menyambung hal itu (setelah (HR. Ibnu Hibban: 2/175, termaktub dalam Shahih matinya, pent).” al-Jami’: 5960)
Diterjemah dari kitab Durus Yaumiyah jilid ke-6.
Gunungsempu, 21.00 24 Maret 2014
Kepada ibuku, semoga ‘ku masih bisa berbakti kepadamu..
Kepada ayahku, semoga aku bisa selalu mudah mendoakanmu di setiap waktuku, bersedekah untukmu, dan menyambung hubungan baik dengan teman-temanmu..