Hadits-hadits Dhaif Terkenal Seputar Ramadhan
Berikut hadits-hadits terkenal namun bersetatus dhaif (lemah) bahkan maudhu’ (palsu) seputar bulan Ramadhan:
- Hadits:
صُوْمُوْا تَصِحُّوْا
“Puasalah maka engkau akan sehat.”
Hadits ini secara maknanya memang benar, dengan puasa kita akan sehat. Namun status hadits ini dhoif. Hadits didhaifkan oleh Al ‘Iraqy, Al Manawy, Al ‘Uqaily, Al Albany. Bahkan Al Shaghany, dan ASy Syaukany mengatakan hadits maudhu’ atau palsu.
- Hadits:
أَوَّلُ شَهْرِ رَمَضَانَ رَحْمَةُ، وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ
“Permulaaan bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah maghfirah dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka.”
Hadits ini dikatakan oleh Imam Al ‘Uqaily dalam kitab Al Dhuafa’ Al Kabir: Tidak ada asalnya. Al Albany mengatakan dalam kitab Ash Shahih Al Jami’: Hadits Dhaif Jiddan (lemah sekali). Dan dia berkata dalam Al Silsilah Al Dhaifah: Hadits Munkar. Abu Ishaq Al Huwainy berkata: Hadits Bathil!
Bulan Ramadhan bukan awalnya saja yang penuh rahmat, bukan pertengahannya saja yang maghfirah dan akhirnya pembebasan api neraka, namun sepanjang bulan ini adalah rahmat, seluruhnya adalah maghrifah dan seluruhnya adalah pembebasan dari api neraka.
Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuRasulullah saw. bersabda:
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَت الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ ، وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
‘Pada malam pertama bulan Ramadhan setan-setan dan jin-jin yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun pintu yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satupun pintu yang tertutup, serta penyeru menyeru, wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah, Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadlan’.” HR. At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Malik, al-Baihaqi, Ad-Darimi, Ibnu Hiban, Ibnu Khuzaimah, Al-Hakim, dan Ath-Thabrani dengan sedikit perbedaan redaksi
- Hadits:
كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika masuk bulan Rajab beliau berdoa, “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami sampai ke Ramadhan.”
Ibnu Rajab Al Hanbali berkata dalam Lathaiful Ma’arif dan juga dikatakan oleh Imam An Nawawy dalam Al Adzkar: Sanad-sanad di dalamnya dhaif. Imam Al AlBany mengatakan dalam Dhaif At Targhib: Hadits Dhaif.
Secara makna hadits ini benar dan bisa kita pakai untuk berdoa, namun tidak boleh menisbatkan berasal dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Bagaimana disebutkan para shahabat dahulu berdoa selama 6 bulan untuk disampaikan ke bulan Ramadhan, dan kemudian berdoa selama 6 bulan agar amal Ramadhannya diterima Allah.
4. Hadits:
رَجَبُ شَهْرُ اللهِ ، وَشَعْبَانُ شَهْرِي ، وَرَمَضَانُ شَهْرُ أُمَّتِي …
“Rajab bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku…”
Hadits ini dikatakan oleh Imam Ibnul Jauzi dalam Kitab Maudhu’at, dikatakan juga oleh Ibnu Hajar Al Asqalani, Asy Syaukani, Adz Dzahabi, dan Ibnul Qayyim sebagai hadits Maudhu’ atau palsu.
5. Hadits:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَفْطَر، قَالَ: بِسْمِ اللهِ اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْت
“Nabi shallahu ‘alaihi wasallam jika berbuka berdoa: Bismillahi Allahumma laka sumtu wa ‘ala rizqika aftortu (Dengan menyebut nama Allah, aku berbuka dan dengan rezqiMu aku berbuka puasa).”
Hadits ini dikatakan oleh Asy Syaukani dalam Nailul Autar dan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar Al ‘Asqolany: Sanad-sanadnya lemah. Al Albany berkata dalam Irwa’ul Ghalil: Hadits Dha’if.
Tambahan: Sebagian orang menambah dalam doa tersebut dengan kalimat: Wabika aamantu wa ‘alaika tawakkaltu. Tambahan ini tak ada asalnya.
6. Hadits:
نومُ الصائمِ عبادةٌ، وصَمْتُه تسبيحٌ، وعملُه مُضاعَفٌ، ودعاؤُه مُستَجابٌ، وذنبُه مغفورٌ
“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amalnya akan dilipat gandakan, dan doanya mustajab dikabulkan, dan dosanya diampuni.”
Hadits ini dikatakan oleh Imam Al ‘Iraqy dalam Takhrij Al Ihya’: Sanadnya Dha’if. Imam Al Albany mengatakan dalam Dha’iful Jami’: hadits Dha’if. Dan beliau berkata dalam Silsilah Dhaif: Dhaif Jiddan.