Para Pahlawan di Belakang Layar Riyadhul Quran
Kisah 1
Ana: “Pak, mau beli sepeda bekas untuk ustadz yang tinggal di pesantren ana.”
Beliau: “O masya Alloh, sudah ada yg mau tinggal ust..?”
Ana: “Iya, pak. Tolong pilihkan yang kuat karena area pesantren di gunung.”
Beliau: “Siap ust, ini insya Alloh bagus, bisa oper ‘gigi’ juga. Lebih bagus daripada yg baru karena ni merk bagus.”
Ana: “Baik pak, ana coba dulu.”
Setelah mencoba…
Ana: “Berapa pak?”
Beliau: “Gratis saja ust, ana niat wakaf…”
Ana: “Ya Alloh, limpahkan pahala dan kemudahan2 kepada beliau yang padahal sedang terbelit masalah keuangan.”
Kisah 2
Ana: “Mas, tolong buatkan tiang untuk antena pemancar radio.”
Masnya: “O masya Alloh, mau buat radio ust..?”
Ana: “Iya, alhamdulillah ini ada yang infak dana untuk tiang pemancarnya.”
Masnya: “Siap, ust”
Setelah beberapa pekan tiangnya diantar.
Ana: “Berapa biayanya, Mas?”
Masnya: “Saya gratiskan saja ust, dah beberapa bulan saya belum infak lagi.”
Beliau sebelumnya infak uang, 2 pintu toilet wc dan lain-lain
Semoga Alloh melancarkan usahanya yang belum lama jalan dan belum bisa dibilang laris.
Kisah 3
Pengajian rutin Pesantren Riyadhul Quran selalu mendapat kiriman 1 galon teh hangat dari seorang ibu-ibu.
Beliau: “Mas, nderek nunut surgo.” (Mas, saya pengin ikut masuk surganya)
Kisah 4
Seorang nenek-nenek tetangga kami selalu menyapu bersih lingkungan pesantren dari daun-daun kering dan sampah-sampah. Terkadang beliau membawa sayur-mayur dan ikut masak bersama ibu di dapur.
Beliau: “Nderek sekedik sekedik njih buuu…” (Ikut (amal) sedikit ya, bu)
Beliau ini orang yg hanya makan dari belas kasihan orang krn usia yg sangat tua dan tdk punya saudara. Namun tdk mau mengemis dan berdiam diri. Bahkan tetap berusaha memberi.
Mereka adalah pahlawan-pahlawan di balik layar. Mereka berusaha meraih surga. YA Alloh muliakan mereka