Bimbingan Haji KBIH Rindu Ka’bah: (4) Lempar Jamarat di Hari Raya
Hari itu adalah hari Jumat pagi, 10 Dzulhijjah, Hari Idhul Adha bagi kaum muslimin seluruh dunia. Kaum muslimin yang tidak menunaikan ibadah haji bertakbir dan shalat Idhul Adha di masjid atau di lapangan. Kemudian mereka akan menyembelih hewan kurban. Namun, bagaimana kegiatan jamaah haji di Mina?
Jamaah haji tidak melaksanakan shalat Idhul Adha, karena mereka masih berada di Mina dan masih melaksanakan rentetan ritual ibadah haji yang belum selesai. Dan demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW. Beliau tidak melaksanakan shalat Idh ketika sedang menjalani ibadah haji.
Di hari tersebut, jamaah haji baru saja pulang dari mabit di Muzdalifah. Setelah sampai di Mina, jamaah bersiap diri dengan makan dan mandi. Jamaah masih mengenakan kain ihram, dan jamaah laki-laki belum boleh berganti dengan baju dan celana. Mereka masih harus bersabar menahan larangan-larangan ihram hingga selesai ibadah haji di hari tersebut.
Di tenda, jamaah haji KBIH Rindu Ka’bah mendapati tenda hampir dalam keadaan kosong. Jika pembaca membaca makalah sebelumnya pasti langsung bisa mengetahui kenapa tenda dalam keadaan kosong. Jamaah haji lain banyak yang tidak mau mabit di muzdalifah hingga subuh, karena ‘terlalu disiplin’ dan dibumbui dengan kekhawatiran tidak ada jemputan bis. Pada akhirnya mereka menuju Mina di malam hari raya, dan ‘parahnya’ mereka langsung menuju ke tempat Jamarat sebelum Fajar. Padahal jika merujuk apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para shahabat seharusnya melempar jamarat di tanggal 10 Dzulhijjah adalah dimulai di waktu Dhuha.
Setelah jamaah berkemas, mereka berjalan kaki menuju tempat lempar Jamarat yang berjarak sekitar 4 km. inilah waktu terpadat melempar jamarat mengingat ini adalah waktu terafdhal karena sesuai yang dilakukan Nabi Muhammad, demikian bayangan kami. Namun ternyata benar janji Allah, siapa yang bertakwa pasti akan diberi jalan keluar. Di jalanan, jamaah tidak menemui kesulitan yang berarti. Perjalanan yang jauh dilalui dengan baik karena ternyata tidak sedikit jamaah haji Indonesia telah pulang dari Jamarat. Wal hasil, jamaah haji KBIH Rindu Ka’bah berjalan ‘berteman’ dengan jamaah haji dari negara-negara lain yang disiplin mengikuti sunnah.
Perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki, karena komplek Mina steril dari kendaraan kecuali kendaraan petugas Saudi dan ambulance. Perjalanan ini melalui lorong-lorong terowongan dan semua dibuat dibuat satu arah untuk menghindari tabrakan arus pejalan kaki. Di dalam terowongan sudah difasilitasi tangga berjalan atau eskalator. Maka bagi jamaah yang lelah tinggal naik eskalator, kemudian berdiri dan tra ta.. sampailah di ujung terowongan. Untuk hari pertama melempar jamarat ini, pembimbing benar-benar tidak mengizinkan jamaah yang tua dan jamaah yang sakit untuk ikut pergi melempar mengingat jarak yang jauh dan padatnya jamaah di jalanan dan di area jamarat. Jamaah tua dan yang sakit diwakilkan oleh jamaah lain dalam melempar jamarat.
Setelah satu jam perjalanan sampailah jamaah haji di area Jamarat. Sebuah komplek bangunan besar laksana stadiun bola yang berisikan jalan-jalan panjang menuju 3 buah tembok besar dan dipenuhi dengan orang-orang berseragam warna putih bernama kain ihram. Teriakan mereka semua sama: Labbaikallohumma labbaik, meski berasal dari kelompok, suku, propinsi, dan negara yang berbeda-beda. Subhanallah atas kesatuan umat Islam.
Jamaah haji setelah berjalan dan sampai di tembok pertama yang bernama Jamrah Sughra, jamaah melewatinya dan tanpa melempar dan juga tidak perlu berdoa. Lima menitan setelah itu akan bertemu dengan tembok kedua yang bernama Jamrah Wustha, dan di sini jamaah juga tidak perlu melemparnya dan tidak perlu berdoa. Beberapa saat setelah itu sampailah di tembok yang ketiga yang bernama Jamrah Kubra atau disebut juga Jamrah Aqabah. Disini jamaah melemparnya dengan tujuh kerikil kecil dengan teriakan Allohu Akbar. Tips supaya mudah, ketika sampai tembok jangan mendekat terlebih dahulu, namun mendekatlah di ujung terakhir tembok yang biasanya cenderung sedikit jamaah yang melempar. Rata-rata jamaah bersemangat langsung melempar kita sudah melihat awal tembok jamrah, sehingga yang di ujung akhir tembok minim pelempar. Di ujung tembok ini jamaah bisa berleluasa mendekat hingga di baris pertama dan melempar. Melempar dengan tenang dan tidak perlu terburu-buru. Resapi dan syukuri betapa banyak kaum muslimin lain yang ingin menunaikan ibadah yang sepertinya simple ini. Tidak perlu takut dan khawatir, orang-orang sekitar pelempar semua satu tujuan dan tak ada niatan lain melainkan ibadah. Nikmati dalam melempar. Allahu Akbar, lempar!
Bagi jamaah yang dititipi batu kerikil jamaah yang sakit, maka hendaknya melemparkan batu untuknya sendiri sebanyak tujug batu, kemudian melemparkan batu titipan jamaah yang mewakilkannya. Satu per satu hingga selesai dengan mengawali takbir dan menyebut namanya, contoh Bismillah Allahu Akbar ‘an Paijo. Kata ‘an artinya dari. Paijo ini contoh nama jamaah yang sakit yang tidak bisa melempar batu sendiri.
Selesai melempar jamaah haji berjalan keluar komplek Jamarat menuju area gundul missal yang biasa disebut Tahallul. Untuk jamaah haji pria bisa antri untuk gundul atau hanya cukur pendek. Namun yang paling afdhal adalah cukur gundul. Jamaah pria KBIH Rindu Ka’bah semua 100 persen cukur gundul, walhamdulillah. Mereka sangat bersemangat dalam menjalankan sunnah Nabi sekecil apapun itu. Sedang jamaah wanita cukup memotong rambut seruas jari saja dan dilaksanakan setelah di tenda di tempat yang tidak banyak mata liar yang melihat seperti di area jamarat. Ingat, rempat yang tidak banyak mata liar yang melihat seperti di area jamarat. Ingat, rambut wanita adalah aurat.
Setelah selesai melempar Jamarat, dan tahallul jamaah bergegas pulang berjalan kaki lagi menuju ke tenda. Allah berikan kemudian, meski jalan pulangnya menerka-nerka dan hanya mengikut plang-plang arah petunjuk jamaah pulang sampai di tenda tanpa ada yang tersesat. Di hari yang sangat mulia ini, ada cerita khusus tentang perjuangan jamaah yang cuci darah dan diantar oleh pembimbing. Ulasannya ada di tulisan berikutnya, Insya Allah.