Kehinaan dan Sebab-sebabnya
Amirul mukminin Umar bin Khatabb radhiyallahu anhu pernah berkata: “Sesungguhnya kita dulu sehina-hinanya kaum kemudian Allah memuliakan kita dengan Islam. Maka selama kita mencari kemuliaan dengan selain yang Allah muliakan kita dengannya ini (Islam) maka Allah akan menghinakan kita.”
Raghib berkata,”Hina selama timbul dari diri manusia atas dirinya sendiri maka ini perasaan yang terpuji sebagaimana firman Allah,”Rendah diri pada sesama muslim dan tegas atas orang-orang kafir.” (QS. Al Maidah: 54)
Allah juga berfirman,” Dan sungguh Allah telah menolongmu dalam perang Badar saat kamu hina. Maka bertaqwalah kepada Allah supaya kamu bersyukur.”(QS. Ali Imran: 123). Adapun hina jika pada selain itu maka maknanya adalah sesuatu yang buruk, karena sungguh kemuliaan milik Allah, rasul-Nya dan orang-orang mukmin.
Diantara sebab kehinaan yang Allah jadikan hukuman bagi siapa saja yang bermaksiat kepada-Nya dan karena menyelisihi perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya adalah sebagai berikut:
- Kufur dan Memerangi wali-walinya Allah.
Allah berfirman tentang orang Yahudi:
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” (QS. Ali Imran: 112).
Allah jadikan orang Yahudi yang mendustakan Nabi Muhammad dalam kehinaan dimana saja mereka berada di muka bumi ini. Allah juga menetapkan kehinaan atas mereka di dalam firman-Nya,
“Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai sembahannya), kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan.” (QS. Al A’raf: 152)
- Sombong kepada perintah Allah dan mengolok-olok hamba-hamba-Nya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan At Tirmidzi di dalam Sunannya dari hadits Abdullah bin Amru bin Ash radhiyallahu anhuma bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,”
يُحْشَرُ الْمُتَكَبِّرُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمْثَالَ الذَّرِّ فِي صُوَرِ الرِّجَالِ يَغْشَاهُمْ الذُّلُّ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَيُسَاقُونَ إِلَى سِجْنٍ فِي جَهَنَّمَ يُسَمَّى بُولَسَ تَعْلُوهُمْ نَارُ الْأَنْيَارِ يُسْقَوْنَ مِنْ عُصَارَةِ أَهْلِ النَّارِ طِينَةَ الْخَبَالِ
Pada hari kiamat orang-orang yang sombong akan digiring dan dikumpulkan seperti semut kecil, di dalam bentuk manusia, kehinaan akan meliputi mereka dari berbagai sisi. Mereka akan digiring menuju sebuah penjara di dalam Jahannam yang namanya Bulas. Api neraka yang sangat panas akan membakar mereka. Mereka akan diminumi nanah penduduk neraka, yaitu thinatul khabal (lumpur kebinasaan). [Hadits Hasan. Riwayat al-Bukhâri dalam al-Adabul Mufrad, no. 557; Tirmidzi, no. 2492; Ahmad, 2/179; dan Nu’aim bin Hammad dalam Zawâ‘id Az-Zuhd, no. 151]
- Meninggalkan Jihad fi sabilillah dan sibuk dengan dunia
Abu Dawud dalam Sunannya meriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,”
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُـمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَيَنْزِعُهُ شَيْئٌ حَتَّى تَرْجِعُواْ إِلَى دِيْنِكُمْ.
“Apabila kalian melakukan jual beli dengan cara ‘inah, berpegang pada ekor sapi (kinayah yang maksudnya sibuk jual beli sapi dsb), kalian ridha dengan hasil tanaman dan kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan membuat kalian dikuasai oleh kehinaan yang tidak ada sesuatu pun yang mampu mencabut kehinaan tersebut (dari kalian) sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (Hadits disahihkan oleh Syaikh Albany dalam silsilah ash shahihah 1/42 no. 11)
- Nifaq (sifat munafik)
Allah berfirman,
“Mereka berkata, “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya”. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” (QS. Al Munafiqun: 8)
Juga firman-Nya,
“Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tunduk karena (merasa) hina, mereka melihat dengan pandangan yang lesu.” (QS. Asy Syura: 45)
Secara ringkas siapa saja yang bermaksiat kepada Allah dan menyelisihi perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya maka dia akan tertimpa kehinaan sesuai kadar kemaksiatannya. Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda,
وَجُعِلَ الذُّلُّ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي
“dan dijadikan kehinaan dan kerendahan itu bagi orang yang menyelisihi/menentang perintahku.” (HR. Ahmad dan disahihkan oleh Al Al Bany dalam Shahihul Jami’ Ash Shaghir 1/545-546 nomer 2831)
Para ahli maksiat mereka mendapati kehinaan pada hati mereka namun berusaha menyembunyikannya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajari kita supaya berlindung dari kehinaan. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam sunannya dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasannya Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ وَالْقِلَّةِ وَالذِّلَّةِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kefakiran, kemiskinan, dan kehinaan. Dan aku berlindung kepada-Mu jangan sampai aku menzalimi atau dizalimi.”[HR. Ahmad no. 8053, Abu Daud no. 1546 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth]
Dalam Sahih BUkhari dan Muslim dari hadits Anas radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
اَللهم إِنِّـيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَـمِّ، وَالْحَزَنِ، وَالْعَجْزِ، وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ، وَالْـجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ، وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan, kesedihan, dan kelemahan, kemalasan, sifat kikir, pengecut, lilitan hutang, dan di kuasai orang lain.”
Dan sesungguhnya kemuliaan itu milik orang yang mentaati allah. Allah berfirman:
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْعِزَّةَ فَلِلَّهِ ٱلْعِزَّةُ جَمِيعًا
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.” (QS. Fathir: 10)
Orang mukmin itu mulia meskipun sedikit harta dan rendah jabatannya. Diantara para salaf mereka berdoa, “Ya Allah, muliakanlah kami dengan mentaatimu dan hinakan kami dengan bermaksiat kepada-Mu.”
Nabi Yusuf alaihissalam takut kepada Allah dari berbuat dosa dan dia tidak takut dari siksaan sesama makhluk dengan dipenjara. Dia tahan dari melampiaskan syahwat kemudian diganti Allah dengan mendapatkan kekuasaan dan harta.
Nabi shallallallahu alaihi wasallam mengabarkan akan masa depan agama ini dimana allah akan menyampaikan agama ini kepada seluruh manusia meski tidak disukai orang kafir. Diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam musnadnya dari hadits Tamim ad Dary radhiyallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,”
“Sungguh-sungguh perkara (Islam) ini akan mencapai apa yang dicapai oleh malam dan siang. Dan tidak akan tersisa sebuah rumah tembokpun, tidak pula rumah ilalangpun kecuali Allah akan masukkan agama ini ke dalamnya ; dengan kemulian orang mulia atau dengan kehinaan orang hina. Kemuliaan yang Allah muliakan Islam dengannya (orang mulia tersebut), dan kehinaan yang Allah hinakan kekafiran dengan orang hina tersebut.”
Alhamdulillahi rabbil alamin wa shallallahu wasallama ala nabiyyina Muhammadin wa ala alihi washohbihi ajma’in.
diterjemah oleh ust Rohmanto Pengasuh PPRQ