Optimisme vs Pesimisme
Betapa sering kita mendengar kalimat keputusasaan dari banyak orang. Ada orang yang sakit lama kemudian putus asa tidak akan sembuh. Ada mahasiswa yang hilang harapan untuk bisa lulus. Ada orang tua yang pesimis akan kelakuan anaknya. Ada seorang istri lelah melihat perilaku penyelewengan suaminya. Sebaliknya, tidak jarang juga kita mendengar berita ada seseorang yang mustahil mendapatkan suatu pekerjaan tapi akhirnya dia dapatkan. Ada orang yang berubah drastis hidupnya padahal dulu siapalah dia. Ada orang yang sudah koma lama tapi sekarang sehat walafiat seperti kita. Ada juga berita seseorang yang berparas biasa tapi bertemu dengan pasangannya yang masya Allah kebaikannya bikin iri satu desa.
Putus asa dan frustasi seringnya muncul karena hati yang pesimis menghadapi satu masalah. Sumber penyakit hati adalah rasa pesimisme ini. Pesimisme itu lawan dari Optimisme. Coba kita cek bedanya apa sebagai berikut ini:
Pesimisme itu melihat sesuatu selalu dengan pandangan negatif, sedang lawannya adalah optimisme yaitu selalu memandang dengan pandangan positif.
Orang optimis melihat sisi penuh suatu gelas air, sedang orang yang pesimis itu melihat bagian kosong dari suatu gelas air.
Orang optimis melihat setiap masalah ada solusi, orang pesimis melihat setiap solusi itu ada masalah.
Orang optimis melihat bunga, orang pesimis melihat duri sekitar bunga.
Kita dapati ada orang yang melihat segala sesuatu dengan pandangan hitam seakan tidak ada kebaikan sedikitpun pada sesuatu itu, baik saat itu maupun ke depannya. Sampai-sampai dia melihat dirinya sendiripun dia berkata: “Nasibku sial!” Dia berkeyakinan juga tidak ada kebaikan pada orang lain. Inilah dirinya yang selalu merasa hidup susah dan semakin memperberat jiwanya yang asal mulanya saja dia tidak tahu. Hal ini karena dia menyelisihi metode Allah dalam menyikapi perubahan zaman dan bertambahnya umur.
Padahal agama kita mendorong kita untuk selalu optimis pada segala sesuatu dan melarang kita bersikap pesimis. Allah berfirman:
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Dan bisa jadi kamu semua membenci sesuatu padahal itu adalah kebaikan bagi kamu semua. Dan bisa jadi kamu semua menyukai sesuatu padahal itu adalah keburukan bagimu semua. Dan Allah mengetahui sedang kamu semua tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah 216).
Dalam masalah istri, Allah berfirman:
فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
“Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa 19).
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam juga menyukai optimisme dan melarang sikap pesimisme. Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda,“Tidak ada thiyarah dan yang terbaik adalah al-fa’l (optimisme). Para sahabat bertanya, al-Fa’l itu apa wahai Rasul? Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,“Kata yang baik yang salah seorang kalian perdengarkan.”
Thiyarah adalah menganggap untung dan sial dari sebab sesuatu. Ini terjadi karena lemahnya iman dan kurangnya tawakal kepada Allah, padahal segala yang terjadi pada seorang hamba adalah atas kehendak Allah dan Dia memiliki hikmah pada setiap takdir-Nya. Dan apa saja yang menimpa seorang muslim itu pasti kebaikan bagi mereka sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam:
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).
Dalam masalah doa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda:
ادعوا الله، وأنتم موقنون بالإجابة)
“Berdoalah kepada Allah sedang kamu yakin dikabulkan.” (HR. AT TIrmidzi)
Pesimisme adalah salah satu cara terbesar setan untuk menggagalkan jiwa, mematahkan semangat, dan menghalangi manusia dari tujuan mulia dunia dan akhirat.
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ﴾ [البقرة: 268]
“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 268)
Seharusnya seorang mukmin itu penuh tawakal kepada Allah meskipun banyak masalah yang menerpa. Kebaikan adalah apa yang Allah pilihkan. Lewati jalan dengan penuh optimisme dan jangan putus asa dari rahmat Allah. Allah berfirman:
قَالَ وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ ﴾ [الحجر: 56]
“Dia (IBrahim) berkata: dan tidak ada yang berputus asa dari rahmat Rabnya melainkan dia orang yang sesat.”
Betapa banyak musibah dan ujian berganti menjadi karunia dan limpahan nikmat. Betapa banyak dari kesulitan diikuti kemudahan,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا * إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ﴾ [الشرح: 5، 6].
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”(QS. Asy Syarh: 5,6)
Optimisme seorang mukmin adalah kebaikan dan prasangka yang baik kepada Allah sebagaimana disebutkan bahwa Allah bersama dengan persangkaan hamba-Nya. Sedang pesimisme adalah wujud suudzan buruk sangka kepada Allah, padahal ketetapan allah itu selalu baik untuk hamba-Nya.
Optimislah wahai saudaraku muslim dan Muslimah. Lakukan terus kebaikan, sebarkan kemudian beri kabar gembira kepada setiap orang. Optimislah pada diri yang akan lebih baik lagi ke depannya maka yakin pasti akan datang kebaikan di kemudian hari, insya Allah. Optimislah pada anak, keluarga, yakin bahwa mereka akan membaik satu waktu nanti. Optimislah pada negerimu, umatmu, dan keadaan kaum muslimin. Kalau kita lihat banyaknya kebathilan sedang kebenaran sangat lemah maka jangan putus asa, tapi bertawakkallah kepada Allah dan ingat apa yang menimpa kita ini tidak lain adalah apa yang sudah Allah tetapkan untuk kita. Semoga Allah jadikan kita orang yang optimis ridha dengan ketetapan Allah dan selalu bahagia dunia akhirat.
Pengasuh Pondok Pesantren Riyadhul Quran
ust. Rohmanto, LC. M.S.I