Salafus Shalih dan Shalat Mereka
‘Adi bin Hatim, salah seorang shabat, menyatakan, “tidaklah datang waktu shalat kecuali aku sudah siap, dan tidaklah datang waktu shalat kecuali aku sudah sangat rindu melaksanakannya.”
Tokoh besar Tabi’in, Sa’id bin Musayyib mengatakan, “sejak tiga puluh tahun, tidaklah seorang mu’adzin mengumandangkan adzan kecuali aku sudah berada di masjid.”
Beliau juga pernah mengatakan, “aku tidak pernah ketinggalan takbir pertama dalam shalat selama 50 tahun. Aku juga tak pernah melihat punggung para jamaah, karena aku selalu berada di shaf terdepan selama 50 tahun.”
Muhammad bin Sama’ah at Tamimi rahimahullah menyatakan selama empat puluh tahun tidak pernah tertinggal takbiratul ihramnya imam, kecuali ketika ibunya meninggal.
Al Imam al Qari’, ‘Ashim bin Abil Junud ketika melewati sebuah masjid pasti beliau mampir untuk melaksanakan shalat di sana. Hal ini karena beliau sangat rindu dengan shalat.
Yunus bin Ubaid sudah dalam kondisi siap sebelum perintah Allah datang kepadanya. Makanya dia senantiasa dalam kondisi suci supaya tidak tertinggal dari shalat sunnah atau shalat wajib ketika datang waktunya.
Bacaan Qur’an mereka di dalam Shalat
Abu Ishaq al Sabi’ii rahimahullah ketika sudah tua tidak mampu berdiri shalat sehingga harus dibantu. Jika sudah berdiri shalat, beliau membaca seribu ayat. Beliau mengatakan, “aku sudah tua dan tulangku sudah lemah, sungguh hari ini, aku berdiri shalat dengan membaca surat al Baqarah dan Ali Imran.”
Di bawah itu ada ‘Atha bin Abi Rabbaah (w. 114 H.) pada saat sudah tua dan lemah, beliau melaksanakan shalat dan membaca dua ratusan ayat dari suarat al Baqarah dengan berdiri, selama itu beliau tidak bergeser dan tidak bergerak. (Dikeluarkan oleh al Baihaqi dalam Syu’ab al Imaan: 6/783)
Khalid bin Daarik berkata, “kami memiliki seorang imam di Bashrah. Dia menghatamkan Al Qur’an empat hari sekali selama bulan Ramadlan. Dan kami menilainya sudah meringankan bacaan.” Artinya dia membaca seperempat Al Qur’an setiap harinya, dan masih dianggap telah meringankannya.
Shalat Malam Mereka
Ada bentuk memanjangkan shalat yang lain, yaitu shalat Shubuh dengan wudlu isya’. Dan sudah banyak ulama Salafus Shalih yang mengerjakannya. Maknanya mereka tidak tidur semalaman, waktunya diisi dengan ibadah dan berkhalwah (menyendiri) dengan Allah ‘Azza wa Jalla.
Di antara mereka adalah Sa’id bin Musayyib rahimahullah. Disebutkan bahwa beliau melakukan shalat Shubuh dengan wudlu Isya’ selama lima puluh tahun. Ini adalah imam at tabi’in dan pemimpin mereka. Dalam amalnya tidak ada yang diingkari. Hal itu tidak hanya dikerjakan satu atau dua tahun. Kalau seandainya jumlah yang disebutkan itu dibesar-besarkan, maka prakteknya tidak akan kurang dari setengahnya.
Ulama salaf lainnya adalah Sulaiman al Taimi al Bashrirahimahullah yang shalat shubuh dengan wudlu’ isya’ selama 40 tahun.
Nukilan dari sumber lain
🖋️ Pesantren Riyadhul Quran