Khutbah Idhul Fitri 1436 H
Oleh: Ust. Rohmanto, Lc
disampaikan di Lapangan Sembungan, Bantul
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم، وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Jamaah shalat Idhul Fitri yang dimuliakan Allah,
Alhamdulillah atas nikmat Allah khususnya hidayah Islam. Alhamdulillah atas nikmat Allah berupa Idhul Fitri penuh barakah. Alhamdulillah atas nikmat Allah berupa keluarga yang membahagiakan.
Sebelum menyampaikan segala sesuatu, saya ajak jamaah untuk sedikit bernostalgia kebahagiaan sebulan penuh kemarin, ya tepatnya berakhir tadi malam yaitu kebahagiaan ibadah bulan Ramadhan.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Bulan Ramadhan adalah bulan perubahan. Perubahan hidayah Islam menjadi semakin meningkat. Yang sebelumnya biasa menjadi luar biasa. Lihat, ada masjid-masjid yang sebelumnya kosong, di bulan Ramadhan penuuuh dengan jamaah. Ada orang yang sebelumnya tidak begitu akrab dengan masjid, Ramadhan mengubahnya menjadi orang yang selalu rinduuu dengan masjid. Subhanallah…
Bulan Ramadhan adalah bulan perubahan. Seseorang yang sebelumnya tidak makan siang saja, rasanya sangat kelaparan… Bulan Ramadhan mengubahnya, menjadi santai saat lapar bukan hanya di siang hari, namun hingga sore hari.
Ramadhan mengubah, dompet-dompet yang biasanya begitu rapat mengeluarkan isinya untuk sadaqah, Ramadhan mengubahnya.. Jangankan beberapa lembar uang yang berwarna biru, merah pun berlembar-lembar dikeluarkannya.
Al Quran yang biasanya tidak jarang disentuh, Ramadhan mengubahnya begitu mulus karena sering direngkuh dibaca dan difahami isinya.
Subhanallah… lidah yang kadang mudah terpeleset berkata buruk, Ramadhan mengikatnya, dan mengubahnya selalu meluncurkan kata-kata indah, kata-kata bijak dan dzikir dengan kalimah-kalimah tayibah…
Sepertiga malam yang biasanya sunyi, Ramadhan mengubah dan menjadikannya ramai dengan suara lirih para insan yang bangun malam, berdoa, shalat tahajud beristighfar. Subhanallah. Ramadhan penuh dengan perubahan seorang manusia dalam menjalani ketaatannya.
Bukankah anda demikian, wahai jamaah?
Bukankah anda merasakan perubahan diri di Ramadhan itu, wahai jamaah?
Jamaah yang dimuliakan Allah….
Sekarang, ya sekarang… di pagi ini kita sudah kehilangan Ramadhan. Ramadhan telah jauh meninggalkan kita, dan kita tidak bisa berjumpa lagi kecuali tahun depan jika masih diberi kesempatan oleh Allah.
Jamaah rahimakumullah, kita telah menghirup hawa indah bulan Syawal… Dan, sebenarnya inilah moment terbaik kita menanyakan pada diri kita: Masihkah kita berubah? Maukah kita lanjutkan perubahan diri kita selama Ramadhan? Maukah kita lanjut kebaikan-kebaikan Ramadhan? Maukah kita jadikan diri kita lebih mulia, lebih dicintai Allah? Maukah kita buktikan kepada Allah bahwa kita adalah hamba yang setia dengan syariat-Nya bukan hanya di Ramadhan, tapi hingga akhir hayat kita?
Jamaah shalat Idh, ayuhh… ayuh kita lanjutkan perubahan baik di bulan Ramadhan hingga Allah menjemput dan menarik nyawa kita.
Jamaah kaum muslimin yang kami cintai…
Bagaimana caranya?
Berubah harus dibekali dengan berbagai sarana:
Satu: Ikhlas karena Allah.
Apa yang kita inginkan dalam perubahan? Sekedar nggak enak sama keluarga? Atau karena sakit yang sudah diderita?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah berfirman, wahai anak adam, andai engkau mendatangi-Ku dengan membawa dosa sebesar bumi kemudian engkau mendatangiku dengan tidak berbuat syirik sedikit pun kepada-Ku, maka pasti aku akan mendatangimu dengan ampunan sebesar bumi.” (HR. Tirmidzi dan beliau menghasankannya)
Dua: Ilmu
Dengan ilmu, kita bisa mengerti mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan ilmu kita mengerti mana yang halal dan mana haram. Dengan ilmu, kita akan tahu bahwa perubahan itu perlu, bahwa dunia ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan akhirat. Dengan ilmu kita tahu bahwa kita tercipta bukan hanya untuk hal yang sepele, namun untuk penghambaan kepada Allah semata, untuk ibadah. Untuk berbekal menuju kehidupan akhirat. Hadirilah majlis-majlis ilmu yang mengajarkan tambahan ilmu menuju perubahan yang baik, yang penuh ridha Allah. Rasul SAW bersabda:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seorang manusia mati maka terputuslah darinya amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim no. 1631)
Dari Mu’awiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاَتٍ
“Allah mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberikan ilmu ke beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11)
Tiga: Teman
Teman itu adalah pengaruh besar terhadap perubahan jiwa kita. Teman yang baik akan mengubah keburukan menjadi kebaikan. Dan sebaliknya, teman yang buruk bisa mengubah yang baik menjadi buruk. Carilah teman, ubahlah teman buruk menjadi teman yang baik. Karena pertemanan itu akan langgeng hingga akhirat, bahkan pertemanan memberikan dampat dahsyat dan hidup dan matinya seseorang.
المَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
Allah berfirman:
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَاناً خَلِيلاً لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُولاً
“ Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata : “Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an sesudah Al Qur’an itu datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia” (Al Furqan:27-29)
Dalam hadits yang lain disebutkan bagaimana orang-orang beriman kelak mendebat Rabb mereka karena saudara-saudara mereka dijerumuskan ke dalam neraka.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Allah menyelamatkan orang-orang beriman dari api neraka. Maka tidaklah pendebatan salah seorang di antara kamu bagi saudaranya dalam kebenaran yang diperbuatnya di dunia lebih keras dari pendebatan orang-orang beriman terhadap Rabb mereka tentang saudara-saudara mereka yang dimasukkan ke neraka. Mereka berkata, ‘Rabb kami, mereka itu adalah saudara-saudara kami yang dulu shalat bersama kami, berpuasa bersama kami dan berhaji bersama kami, namun mereka telah Engkau masukkan ke neraka.’ Rabb berfirman, ‘Pergilah, lalu keluarkanlah orang yang kamu kenal di antara mereka.’ Lalu mereka mendatangi mereka (para penghuni neraka itu), lalu mengenal mereka dengan rupa-rupa mereka, di mana api tidak melahap rupa-rupa mereka itu; di antara mereka ada yang disambar api hingga pertengahan kedua betisnya, ada lagi yang disambar hingga kedua tumitnya, lalu mereka mengeluarkan mereka.” (HR.Ibn Majah, dishahihkan oleh al-Albani)
Empat: Tanya pengalaman orang yang berubah
Berubah banyak tantangan. Jalan perubahan tidak bertabur bunga, namun terkadang penuh dengan onak dan duri. Ianya berkelok-kelok, terjal penuh perjuangan dan mungkin cacian dan celaan orang-orang. Rasulullah sebelum menjadi Nabi dipuja-puja kaumnya karena akhlak, beliau begitu dicintai orang-orang sekitarnya. Bahkan beliau dikenal dengan sifat-sifatnya: beliau orang yang as Sidiq, Fathonah, Al Amiin dan seterusnya. Namun, setelah beliau berubah… setelah beliau dijadikan seorang Nabi, semua orang mencaci. Semua orang mencaci, lupa akan pribadi beliau selama ini. Mulailah menggelari beliau dengan gelar-gelar buruk…
Belajarlah dari pengalaman orang-orang yang sudah bertaubat. Yang sudah mengubah hidupnya. Karena pengalaman adalah guru terbaik.
Lima: Doa
Banyak orang ingin berubah, tapi lupa tidak berdoa. Mohonlah kepada Allah… Rasulullah yang paling baik saja selalu berdoa. Banyak orang yang berubah karena doanya. Dengan doa Allah akan membimbing dan mengarahkan hidup.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَنْصِبُ وَجْهَهُ لِلهِ عَزَّ وَ جَلَّ فِى مَسْأَلَةٍ اِلاَّ اَعْطَاهَا اِيَّاهُ. اِمَّا اَنْ يُعَجّلَهَا لَهُ وَ اِمَّا اَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى اْلآخِرَةِ. احمد
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim menghadapkan wajahnya berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, kecuali Allah pasti memberikan kepadanya, ada kalanya Allah menyegerakan untuknya (memberikannya di dunia), dan ada kalanya Allah menjadikannya sebagai simpanan di akhirat”. [HR. Ahmad]
Keenam: Harus sering-sering isi bensin
Datangilah majlis-majlis ilmu….
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمِ بْنِ مَيْمُونٍ حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا سُهَيْلٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَلَائِكَةً سَيَّارَةً فُضُلًا يَتَتَبَّعُونَ مَجَالِسَ الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوا مَجْلِسًا فِيهِ ذِكْرٌ قَعَدُوا مَعَهُمْ وَحَفَّ بَعْضُهُمْ بَعْضًا بِأَجْنِحَتِهِمْ حَتَّى يَمْلَئُوا مَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَإِذَا تَفَرَّقُوا عَرَجُوا وَصَعِدُوا إِلَى السَّمَاءِ قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ مِنْ أَيْنَ جِئْتُمْ فَيَقُولُونَ جِئْنَا مِنْ عِنْدِ عِبَادٍ لَكَ فِي الْأَرْضِ يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيُهَلِّلُونَكَ وَيَحْمَدُونَكَ وَيَسْأَلُونَكَ قَالَ وَمَاذَا يَسْأَلُونِي قَالُوا يَسْأَلُونَكَ جَنَّتَكَ قَالَ وَهَلْ رَأَوْا جَنَّتِي قَالُوا لَا أَيْ رَبِّ قَالَ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْا جَنَّتِي قَالُوا وَيَسْتَجِيرُونَكَ قَالَ وَمِمَّ يَسْتَجِيرُونَنِي قَالُوا مِنْ نَارِكَ يَا رَبِّ قَالَ وَهَلْ رَأَوْا نَارِي قَالُوا لَا قَالَ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْا نَارِي قَالُوا وَيَسْتَغْفِرُونَكَ قَالَ فَيَقُولُ قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَأَعْطَيْتُهُمْ مَا سَأَلُوا وَأَجَرْتُهُمْ مِمَّا اسْتَجَارُوا قَالَ فَيَقُولُونَ رَبِّ فِيهِمْ فُلَانٌ عَبْدٌ خَطَّاءٌ إِنَّمَا مَرَّ فَجَلَسَ مَعَهُمْ قَالَ فَيَقُولُ وَلَهُ غَفَرْتُ هُمْ الْقَوْمُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ
Muhammad bin Hatim bin Maimun menuturkan kepada kami. Dia berkata; Bahz menuturkan kepada kami. Dia berkata; Wuhaib menuturkan kepada kami. Dia berkata; Suhail menuturkan kepada kami dari ayahnya dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala memiliki para malaikat khusus yang senantiasa berkeliling mencari di mana adanya majelis-majelis dzikir. Apabila mereka menemukan sebuah majelis yang padanya terdapat dzikir maka mereka pun duduk bersama orang-orang itu dan meliputi mereka satu sama lain dengan sayap-sayapnya sampai-sampai mereka memenuhi jarak antara orang-orang itu dengan langit terendah, kemudian apabila orang-orang itu telah bubar maka mereka pun naik menuju ke atas langit.” Nabi berkata, “Maka Allah ‘azza wa jalla pun bertanya kepada mereka sedangkan Dia adalah yang paling mengetahui keadaan mereka, ‘Dari mana kalian datang?’. Para malaikat itu menjawab, ‘Kami datang dari sisi hamba-hamba-Mu yang ada di bumi. Mereka mensucikan-Mu (bertasbih), mengagungkan-Mu (bertakbir), mengucapkan tahlil, dan memuji-Mu (bertahmid), serta meminta (berdo’a) kepada-Mu.’ Lalu Allah bertanya, ‘Apa yang mereka minta kepada-Ku?’. Para malaikat itu menjawab, ‘Mereka meminta kepada-Mu surga-Mu.’ Allah bertanya, ‘Apakah mereka telah melihat surga-Ku?’. Mereka menjawab, ‘Belum wahai Rabbku.’ Allah mengatakan, ‘Lalu bagaimana lagi jika mereka benar-benar telah melihat surga-Ku?’. Para malaikat itu berkata, ‘Mereka juga meminta perlindungan kepada-Mu.’ Allah bertanya, ‘Dari apakah mereka meminta perlindungan-Ku?’. Mereka menjawab, ‘Mereka berlindung dari neraka-Mu, wahai Rabbku’. Maka Allah bertanya, ‘Apakah mereka pernah melihat neraka-Ku?’. Mereka menjawab, ‘Belum, wahai Rabbku.’ Lalu Allah mengatakan, ‘Lalu bagaimanakah lagi jika mereka telah melihat neraka-Ku.’ Mereka mengatakan, ‘Mereka meminta ampunan kepada-Mu.’ Maka Allah mengatakan, ‘Sungguh Aku telah mengampuni mereka. Dan Aku telah berikan apa yang mereka minta dan Aku lindungi mereka dari apa yang mereka minta untuk berlindung darinya.’.” Nabi bersabda, “Para malaikat itu berkata, ‘Wahai Rabbku, di antara mereka ada si fulan, seorang hamba yang telah banyak melakukan dosa, sesungguhnya dia hanya lewat kemudian duduk bersama mereka.’.” Nabi mengatakan, “Maka Allah berfirman, ‘Dan kepadanya juga Aku akan ampuni. Orang-orang itu adalah sebuah kaum yang teman duduk mereka tidak akan binasa.’.” (HR. Muslim dalam Kitab ad-Dzikr wa ad-Du’a wa at-Taubah wa al-Istighfar, hadits no. 2689, lihat Syarh Muslim [8/284-285] cetakan Dar Ibn al-Haitsam)
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Berubahlah, berubahlah menuju yang lebih baik. Lebih taat kepada perintah-perintah Allah, dan semakin teguh menjauhi segala larangan Allah. Jangan pedulikan masa lalu, karena ia sudah berlalu. Pedulikan masa depan yang semakin mendekat. Pedulikan akhirat, yang pasti akan merapat. Pasrahkan segala hidup untuk Allah. Dan biarlah Allah yang mengatur hidup kita. Mohon kepada-Nya bimbingan. Mohon kepada-Nya arahan-arahan. Minta maaf kepada-Nya atas segala kekhilafan.
Anas berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, andai kalian berbuat dosa hingga dosa-dosa kalian memenuhi langit dan bumi, kemudian kalian memohon ampunan kepada Allah, maka pasti Allah mengampuni kalian.’” (HR Ahmad).
Abu Hurairah rajuga menuturkan bahwa Nabi SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jala, saat menciptakan makhluk, Dia menuliskan pada makhkuk itu di atas ‘Arsy-nya: Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.” (HR Muslim).
Semoga Allah memuliakan hidup kita, dan menjadikan Idhul Fitri ini hari raya hari berbahagia kita menuju perubahan yang lebih baik. Amiin
Rohmanto, Lc
Saya sarikan dari khutbah ini dari ceramah ust. Syafiq Reza Basalamah yang berjudul Aku Ingin Berubah dengan beberapa tambahan dan perubahan. Semoga Alloh merahmati beliau