Ringkasan Tata Cara Shalat
Segala puji syukur hanya milik Allah yang menciptakan segala yang ada di bumi ini untuk kita semua. Dia ciptakan segalanya ini untuk memudahkan kita dalam beribadah kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada orang yang paling kita cintai melebihi segala makhluk Allah di ala mini, baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Shalawat dan salam semoga juga tercurah kepada keluarga beliau dan para sahabat, tabiin, tabiut tabiin dan seluruh umatnya.
Di dalam makalah kali ini akan dipaparkan tentang sifat tata cara shalat Nabi shallallahu alaihi wasallam. Insya Allah akan diterangkan secara ringkas bagaimana pelaksanaan shalat sesuai apa yang diajarkan oleh beliau. Beliau Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda:
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
Shalatlah engkau sebagaimana engkau melihat shalatku. (HR. Bukhari)
Tata cara shalat beliau adalah sebagai berikut:
- Menyempurnakan wudhu
Maksudnya adalah melakukan wudhu sebagaimana yang diperintahkan Allah di dalam firman-Nya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ فَٱغْسِلُوا۟ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى ٱلْمَرَافِقِ وَٱمْسَحُوا۟ بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى ٱلْكَعْبَيْنِ
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (QS. Al Maidah: 6)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda:
لا يقبَلُ اللهُ صلاةَ أحدِكم إذا أَحْدثَ حتى يتوضَّأَ
“Allah tidak menerima shalat salah seorang di antaramu jika dia berhadats sampai dia berwudhu.” (HR. Muslim)
- Menghadap ke kiblat yaitu menghadap ke arah Ka’bah dimanapun berada dengan seluruh badan. Niatkan di dalam hati melaksanakan shalat yang dikehendaki baik shalat fardhu atau sunnah. Nabi dan para sahabatnya tidak pernah melafalkan niat dengan lisannya.
Disunnahkan bagi orang yang shalat untuk meletakkan sutrah (sejenis pembatas) di arah depannya; baik dia seorang imam atau munfarid (shalat sendirian).
Menghadap kiblat adalah syarat sah shalat kecuali beberapa kejadian dimana seseorang tidak mungkin mengarah ke kiblat seperti tidak tahu arah atau perjalanan yang tidak mungkin memutar arah ke kiblat.
- Bertakbir takbiratul ihram dengan membaca, ‘Allahu Akbar’. Arah pandangan ke tempat sujud.
- Mengangkat kedua tangannya ketika takbir sejajar dengan pundak atau telinganya.
- Meletakkan kedua tangan di atas dada. Tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri, atau pergelangan tangan, atau lengan tangan.
- Disunnahkan untuk membaca doa istiftah yaitu:
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
“Allahumma baa’id baynii wa bayna khothoyaaya kamaa baa’adta baynal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khothoyaaya kamaa yunaqqots tsaubul abyadhu minad danas. Allahummagh-silnii min khothoyaaya bil maa-i wats tsalji wal barod (artinya: Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun).” (HR. Bukhari no. 744, Muslim no. 598, An Nasai no. 896, lafaznya adalah dari An Nasai)
Bisa juga membaca doa istiftah yang lain:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ
“Subhaanakallahumma wa bi hamdika wa tabaarokasmuka wa ta’ala jadduka wa laa ilaha ghoiruk (artinya: Maha suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha berkah Nama-Mu. Maha tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau.” (HR. Muslim no. 399, Abu Daud no. 775, Tirmidzi no. 242, Ibnu Majah no. 804).
Tidak mengapa jika ingin membaca doa istiftah yang lain selama bersumber dari hadits-hadits Nabi. Sedang bacaan istiftah yang paling utama adalah selang-seling, kadang memakai ini kadang memakai itu.
Kemudian membaca taawudz, basmallah dan diiringi dengan surat Al Fatihah sebagaimana sabda Nabi:
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الكِتَابِ
“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Faatihatul Kitaab” (HR. Al Bukhari 756, Muslim 394)
Kemudian membaca, ‘Amiin’ dengan jahr (suara keras) di shalat jahriyah dan sirr (pelan) di shalat sirriyah, kemudian membaca surat yang mudah dari Al Quran. Paling utama hendaknya bacaan surat di shalat Dhuhur, Ashar dan Isya adalah yang sedang-sedang saja. Sedang di dalam shalat Subuh utamanya adalah surat yang panjang, sedang di shalat Maghrib yang pendek saja. Terkadang di shalat Maghrib Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membaca surat yang sedang dan yang panjang. Dituntunkan juga surat di shalat Ashar lebih pendek daripada di shalat Dhuhur.
- Rukuk seraya bertakbir mengangkat tangan sejajar dengan pundak atau kedua daun telinga. Jadikan kepala lurus rata dengan punggung badan. Meletakkan tangan di atas lutut dengan merenggangkan jari jemarinya dan dalam posisi ini harus tumakninah (tenang) seraya membaca:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ
Subhana robbiyal ‘adzim (Maha suci Rabbku yang Maha Agung)
Yang utama hendaknya mengulangnya sebanyak tiga kali atau lebih. Disunnahkan membaca setelah itu:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
Subhanakallahumma Robbana wabihamdikAllohummaghfirli (“Maha suci Engkau wahai rabb kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku).” (Mutafaqqun ‘alaih)
- Mengangkat kepala, bangun dari rukuk dengan bertakbir dan mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan pundak dan telinga seraya membaca:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Sami’allohu liman hamidah (Allah mendengar bagi siapa yang memuji-Nya).
Dibaca bagi yang shalat menjadi imam atau munfarid. Kemudian setelah tegak membaca:
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
bersambung